Langsung ke konten utama

Inilah Profil Singkat PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Terbesar di ASEAN

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) adalah bank yang fokus pada bisnis transaksi perbankan, memiliki total aset terbesar ketiga di Indonesia senilai Rp 408 triliun pada semester I 2012. Selain fokus pada bisnis transaksi perbankan, bank yang saat ini dimiliki oleh grup Djarum ini menyalurkan kredit dengan komposisi terbesar pada kredit komersial & usaha kecil menengah (UKM). Bank BCA juga menyalurkan kredit segmen korporasi dan segmen konsumer.

BANKING INDUSTRY OUTLOOK

Industri kredit perbankan di Indonesia tumbuh hampir 30% dalam periode empat tahun terakhir secara compounded annual growth rate (CAGR) 2007–2011. Penyaluran kredit oleh perbankan di Indonesia senilai Rp 2.200 triliun pada akhir 2011.

Pertumbuhan penyaluran kredit diiringi dengan menurunnya kredit macet (non performing loan/NPL) perbankan, menunjukkan manajemen risiko perbankan Indonesia yang solid dalam penyaluran kredit.

Pada sumber pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan juga terus meningkat. Dana pihak ketiga tumbuh sebesar 22% secara CAGR pada tahun 2007–2011. Pertumbuhan DPK tersebut terdiri dari DPK berdenominasi rupiah dan valas yang masing-masing tumbuh sebesar 23% dan 19%.

Pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan selama empat tahun terakhir didukung oleh pertumbuhan dana murah. Komposisi current account saving account (CASA) terhadap dana pihak ketiga menjadi sebesar 56% pada tahun 2011, atau lebih tinggi dibandingkan periode tahun 2007. Kenaikan komposisi dana murah tersebut menjaga rasio CASA perbankan Indonesia stabil pada level 55%.

Saat ini Bank BCA berada pada urutan terbesar ketiga di Indonesia menurut total aset. Pada semester I 2012, Bank BCA memiliki aset senilai Rp 408,6 triliun. Selama periode ini Bank BCA menyalurkan kredit senilai Rp 226 triliun, dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan senilai Rp 341 triliun.

BANK BCA’s BUSINESS MODEL

Bank BCA membagi model bisnis menjadi empat segmen.

1. Branch Banking
Perbankan cabang (branch banking) merupakan unit bisnis utama Bank BCA untuk mempertahankan dominasinya dalam bidang perbankan transaksi, dan pengembangan portofolio kredit komersial dan UKM. Didukung oleh jaringan dan jangkauan yang luas, unit bisnis perbankan cabang mencatatkan pertumbuhan baik pada dana pihak ketiga, maupun penyaluran kredit.

Pada tahun 2011, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh Bank BCA tumbuh sebesar 16,5%, ditopang oleh dana murah (current account saving account/CASA) yang bertumbuh sebesar 19%.

Pada sisi penyaluran kredit, perbankan cabang menyalurkan kredit komersial senilai Rp 44,7 triliun. Kredit usaha kecil menengah (small medium enterprise/SME) yang disalurkan senilai Rp 34,3 triliun. Kedua segmen kredit ini tumbuh 43% tahun lalu.

2. Corporate Banking
Bank BCA menyalurkan kredit komersial senilai Rp 71,8 triliun tahun lalu, naik 28% dari 2010. Dari total kredit korporasi senilai Rp 71,8 triliun pada tahun 2011, sebesar 61% didominasi oleh kredit modal kerja. Sedangkan senilai Rp 28,3 triliun atau sebesar 39% berupa kredit investasi.

Sekitar 78% dari total kredit korporasi di tahun 2011 berdenominasi rupiah, dengan jumlah mencapai Rp 56,3 triliun. Sisanya berdenominasi dolar Amerika Serikat senilai US$ 1,7 miliar.

3. Individual Banking
Kredit pemilikan rumah (KPR) dan pembiayaan mobil menopang pertumbuhan unit bisnis perbankan individu Bank BCA. Bisnis perbankan individual meliputi: KPR, pembiayaan mobil, kartu kredit, dan wealth management.

Pada tahun 2011, kredit konsumer Bank BCA tumbuh sebesar 38%, ditopang oleh KPR dan pembiayaan mobil. KPR dan pembiayaan mobil memiliki kontribusi terbesar terhadap kredit konsumer Bank BCA tahun 2011.

4. International & Treasury Banking
Treasury Bank BCA adalah unit bisnis yang mengelola likuiditas dan investasi dalam instrumen seperti Sertifkat Bank Indonesia (SBI), term deposit BI, penempatan antar bank, serta obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.

Total investasi dalam instrumen-instrumen tersebut mencapai Rp 115 triliun tahun lalu, dengan perdagangan instrumen Bank Indonesia dan surat-surat berharga lainnya masing-masing tumbuh 13,5% dan 7,2% pada tahun 2011.

Pertumbuhan serupa juga dicatatkan oleh volume unit bisnis perbankan internasional, baik volume perdagangan maupun volume remittance.
Bank BCA juga melayani transaksi berdenominasi Renminbi, setelah Indonesia menjadi mitra dagang terbesar dengan China.

FINANCIAL HIGHLIGHT

Bank BCA yang fokus pada bisnis perbankan transaksi mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 11% menjadi senilai Rp 5,3 triliun pada semester I 2012. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 14% dan pendapatan non bunga yang tumbuh sebesar 12%.

Pertumbuhan pendapatan bunga ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 41,5%. Pertumbuhan kredit lebih tinggi dibandingkan dana pihak ketiga yang tumbuh sebesar 19%, sehingga menopang kenaikan rasio penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio/LDR). Pada semester I 2012, rasio LDR Bank BCA naik 960 basis poin menjadi 65,5%.

Pertumbuhan LDR tetap diimbangi dengan peningkatan kualitas aset. Hal ini terlihat dari rasio kredit macet (non performing loan/NPL) Bank BCA yang turun sebesar 20 basis poin menjadi 0,5% pada semester I 2012. Sementara itu, pertumbuhan pendapatan non bunga ditopang oleh fee based income, yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 18% menjadi senilai Rp 2,5 triliun. Fee based income memberikan kontribusi hingga 70% dari pendapatan non bunga Bank BCA.

Kenaikan beban bunga sebesar 5% menekan profitabilitas Bank BCA pada semester I 2012. Net interest margin (NIM), ukuran profitabilitas, turun 30 basis poin menjadi 5,3% pada semester I 2012.

Selain itu, tumbuhnya laba bersih bertolak belakang dengan produktivitas aset (return on asset/ROA) dan imbal hasil pemegang saham (return on equity/ ROE). ROA dan ROE Bank BCA masing-masing mencatatkan penurunan sebesar 10 basis poin dan 180 basis poin pada semester I 2012.

Penurunan ROE seiring dengan penurunan margin laba bersih, serta produktivitas aset yang lebih rendah karena penyaluran kredit yang lebih agresif yang belum berkontribusi terhadap pertumbuhan tinggi pada laba bersih.

Aset tumbuh seiring dengan upaya ekspansi Bank BCA pada semester I 2012. Total kredit Bank BCA tumbuh 42% menjadi senilai Rp 225,9 triliun.(*)

Sumber: di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Database Lengkap Industri Perikanan, Hasil Laut, dan Olahannya

Data Komprehensif Industri Perikanan dan Hasil Laut 2012-2017 (Tren Konsumsi Ikan & Peluang Pasar) ini dirilis pada minggu pertama Februari 2018 menampilkan data komprehensif, tren perkembangan, infografis menarik , terkait industri perikanan dan hasil laut (rumput laut, ikan surimi, udang, tuna tongkol cakalang, kepiting & rajungan, cumi & gurita). Diperkuat dengan tren produksi, sebaran lokasi, serta nama produsen, data komprehensif ini diharapkan dapat memperkaya database persaingan pasar guna menentukan arah strategi bisnis ke depan. Data Komprehensif Industri Perikanan dan Hasil Laut 2012-2017 (Tren Konsumsi Ikan & Peluang Pasar) ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2-4). Dengan dukungan jumlah penduduk yang besar, pasar industri perikanan dan hasil laut cukup prospektif dan atraktif baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Pada halaman 5, ditampilkan tabel tren perkembangan konsumsi

Tren Nilai Pasar Industri Detergent di Indonesia

Nilai pasar (market size) industri deterjen di Indonesia diestimasi tumbuh 3,5% menjadi Rp 10,11 triliun pada 2016 dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 9,77 triliun, menurut riset duniaindustri.com . Momentum perbaikan perekonomian Indonesia dan daya beli konsumen akan menopang pertumbuhan market size industri deterjen tahun ini. Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan market size industri deterjen cukup fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 6% menjadi Rp 9,54 triliun. Namun, perlambatan perekonomian nasional, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta kejatuhan harga komoditas dunia ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan industri deterjen pada 2015. Tahun lalu, market size industri deterjen diperkirakan tumbuh melambat menjadi 2,5%. Tiga raksasa consumer goods di Indonesia, yakni Wings Group, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Kao Indonesia, makin ketat bersaing di pasar deterjen di indonesia. Berdasarkan penelusur

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc