Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Tren Investasi Industri Semen, Persaingan Pemain Baru, dan Proyeksi Pangsa Pasar

Data Investasi Baru, Kapasitas, serta Tren Penjualan Semen 2013-2017 ini menampilkan tren investasi baru dan investasi tambahan produsen semen 2013-2017. Menurut data ini, total investasi tambahan dari produsen semen existing senilai US$ 4,13 miliar periode 2013-2017 dengan total rencana kapasitas 36,2 juta ton. Sementara rencana investasi pemain baru dari 9 produsen senilai US$ 4,47 miliar dengan total kapasitas 40,3 juta ton periode 2013-2017. Selain itu, ditampilkan komparasi konsumsi semen per kapita di Indonesia 2013 sebesar 229 kilogram, dibanding negara tetangga. Juga dipaparkan populasi distribusi penjualan semen berdasarkan daerah di Indonesia, Pulau Jawa menyerap semen sebesar 57,5%, disusul Sumatera 21,3%, dan daerah lainnya. Data berjumlah 29 halaman ini berasal dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Semen Indonesia, serta sejumlah produsen semen terbesar di Indonesia. Selain itu, duniaindustri.com juga membuat riset terkait Data dan Outlook Industri Semen 2003-2

Pasar Industri Nutrisi, Suplemen Kesehatan, dan Vitamin Diestimasi Rp 23,8 Triliun

Pasar industri nutrisi, suplemen kesehatan, dan vitamin di Indonesia diprediksi mencapai Rp 23 triliun, menurut data penelusuran duniaindustri.com . Nilai pasar tersebut mencakup nutrisi berupa susu bubuk, suplemen kesehatan (diet dan olahraga), serta vitamin kesehatan. Nilai pasar untuk industri nutrisi berupa susu bubuk di Indonesia mencapai Rp 19,8 triliun pada 2013, menurut data AC Nielsen. Sementara pasar nutrisi olahraga dan kesehatan (sports nutrition) di Indonesia pada 2013 diperkirakan US$ 37 juta, naik secara gradual dari US$ 18 juta pada 2008, menurut data Euromonitor International. Dan pasar suplemen diet dan berat badan (weight management) diperkirakan mencapai US$ 270 juta pada 2013, naik secara gradual dari US$ 100 juta pada 2008. Indonesia menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk vitamin E dan vitamin C dengan pertumbuhan rata-rata per tahun masing-masing 17% periode 2008-2013. Untuk vitamin C, tingginya tingkat polusi di kota-kota besar di Indonesia se

Riset Komprehensif Industri Susu Olahan 2013-2016

Riset Komprehensif Industri Susu Olahan 2013-2016 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri susu olahan di Indonesia, mencakup pengelompokan industri dan pohon industri susu dari hulu-antara-hilir, segmentasi industri susu cair, tren konsumsi dan pertumbuhan volume produk susu, nilai penjualan produk susu, ukuran pasar (market size) industri susu nasional, hingga pangsa pasar susu cair, susu bubuk, susu ultra high temperature (UHT), susu fermentasi, susu pasteurisasi (sterilisasi), yoghurt, keju olahan, serta tantangan dan peluang industi ini ke depan. Riset ini dimulai dengan menampilkan pengelompokan industri susu dari hulu (susu segar), industri antara (susu pasteurisasi, susu UHT, susu fermentasi), hingga industri hilir (susu bubuk, susu kental manis, makanan bayi dari susu, keju, mentega, es krim, dan yoghurt) dilengkapi pohon industri susu secara lengkap. (halaman 2-3) Di halaman 4-5 ditampilkan segmentasi industri su

Bingung Cari Acuan Harga Baja, Baca di Sini Saja

Harga baja dunia mulai menunjukkan kenaikan setelah menyentuh level terendah (rebound) pada awal 2016. Pada Februari 2016, harga baja dengan acuan baja canai panas (hot rolled coils/HRC) naik ke level US$ 325-330 per ton setelah sempat menyentuh level terendah US$ 300-310 per ton pada Desember 2015. Meski demikian, harga baja pada Februari 2016 yang berkisar US$ 325-330 per ton masih di bawah posisi bulan yang sama tahun lalu (Februari 2015) yang berkisar US$ 425-430 per ton. Data tersebut diperoleh duniaindustri.com dari data Midle East Steel (mesteel.com) untuk harga baja dengan patokan HRC ukuran >=2 milimeter dari China. Pada akhir 2015, harga baja dunia sempat bergejolak di tataran terendah sebelum akhirnya jatuh kembali pada Desember 2015. Pada November 2015, harga baja terutama HRC impor kembali turun ke level US$ 317 per ton, anjlok 12% dibanding September 2015 di posisi US$ 360 per ton. Menurut data duniaindustri.com yang dikompilasi dari beberapa produsen, harga b

Nilai Ekspor CPO Indonesia Terseret Kejatuhan Harga Komoditas

Kejatuhan harga komoditas dunia ikut menyeret turun nilai ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia. Sepanjang 2015, nilai ekspor CPO Indonesia diestimasi hanya mencapai US$ 18,64 miliar, merosot 11,2% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$ 21 miliar, menurut prediksi Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (Gapki). Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menjelaskan tahun lalu produksi CPO Indonesia mencapai 32,5 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 26 juta ton CPO diekspor dengan nilai yang ditaksir mencapai US$ 18,64 miliar. “Nilai ekspor untuk tahun lalu sudah menyamai migas, yang selama bertahun-tahun menjadi komoditas andalan kita. Beberapa tahun lagi saya yakin bisa melampaui,” katanya. Menurunnya kontribusi ekspor migas tidak terlepas dari anjloknya harga emas hitam sepanjang 2015. Pada saat yang sama, harga CPO juga drop sehingga ekspor yang biasanya US$ 21 miliar merosot ke angka US$ 18,64 miliar. Menurut Gapki, tahun 2015 merupakan tahun yang dilewati

Persaingan Raksasa Consumer Goods Kuasai Pasar Deterjen

Tiga raksasa consumer goods di Indonesia, yakni Wings Group, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Kao Indonesia, makin ketat bersaing di pasar deterjen di indonesia. Tahun lalu, pasar deterjen nasional diprediksi tumbuh 6% menjadi Rp 9,54 triliun, dibandingkan 2013 sebesar Rp 9 triliun. Berdasarkan penelusuran Duniaindustri.com , Wings Group masih menguasai pasar deterjen nasional (mencakup deterjen bubuk dan krim) dengan pangsa 52,6%. Wings Group mengandalkan produk utama seperti Wings, Ekonomi, Daia, dan So Klin untuk bersaing dengan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang menguasai 33% pasar deterjen nasional. Unilever mengandalkan produk deterjen seperti Rinso, Surf, dan Omo. Sedangkan produsen lainnya, seperti PT Kao Indonesia dengan merek Attack dan Dino, menguasai 10%-11% pasar deterjen nasional. Sisanya dikuasai sejumlah produsen seperti PT Sinar Antjol dengan merek B-29, dan PT Jayabaya Raya dengan merek Suroboyo, yang menguasai 4,4% pasar deterjen di Indonesia. Pe

Mengenal Lebih Dekat dengan PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP)

Indocement Tunggal Perkasa (INTP) merupakan salah satu produsen semen di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen termasuk semen putih. Selain memproduksi semen, Perusahaan juga memproduksi beton siap pakai dan batuan andesit. Sampai saat ini, Indocement mengoperasikan 12 pabrik yang tersebar di Pulau Jawa dan Kalimantan. Kapasitas produksi Indocement adalah 18,6 juta ton per tahun. Indocement menguasai hampir 30% pangsa pasar nasional. Pada semester I 2015, Indocement membukukan pendapatan sebesar Rp 8,87 triliun, turun 6,6% dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 9,49 triliun akibat menurunnya volume penjualan perseroan di pasar domestik sebesar 8,8% menjadi 8,2 juta ton. Selain karena melemahnya konsumsi domestik, tingginya persaingan dan berlebihnya pasokan semen karena banyak pemain baru yang telah menyelesaikan pembangunan pabrik turut menyebabkan pangsa pasar perseroan di semester 2015 turun 140 basis poin menjadi 29,1% dari 30,5%. Sementara itu, turunnya pendapatan

Indonesia Company Investment Analysis: PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

Perusahaan Gas Negara (PGAS) berdiri pada 1965. Bisnis utama Perusahaan adalah distribusi dan transmisi gas bumi ke pelanggan industri , komersial, dan rumah tangga. Perusahaan Gas Negara menghasilkan pendapatan sebesar US$ 2,138 miliar per kuartal III 2015, turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$ 2,395 miliar. Beban pokok penjualan justru naik dari US$ 1,427 miliar menjadi US$ 1,435 miliar. Naiknya beban pokok penjualan ini menyebabkan laba kotor perseroan turun menjadi US$ 702,89 juta per kuartal III 2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 967,82 juta. Laba usaha juga turun dari US$ 701,10 juta menjadi US$ 422,43 juta per kuartal III-2015. EBITDA juga tergerus menjadi hanya US$ 614,34 juta per kuartal III-2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 863,13 juta. Akhirnya laba bersih perseroan anjlok sebesar 48% dalam sembilan bulan pertama tahun 2015. Per kuartal III-2015, laba bersih Perusahaan Gas Negara tercatat US$ 306,32 juta dari p

Data dan Outlook Industri Farmasi 2010-2019

Data dan Outlook Industri Farmasi 2010-2019 ini menampilkan data dan outlook secara komprehensif terkait seluruh informasi mengenai industri farmasi di Indonesia, mulai dari tren pertumbuhan pasar farmasi secara global (global healthcare market), tren permintaan/demand pasar global, tren pasar farmasi dan alat kesehatan di Asia Pasifik (mulai dari farmasi dan bioteknologi, alat medis, medical imaging, diagnostik, dan healthcare IT), hingga produsen farmasi terbesar di Indonesia, strategi ekspansi ke depan, serta kinerja keuangan para pemain farmasi di negeri ini. Khusus terkait pasar farmasi Indonesia, data ini menampilkan belanja kesehatan terhadap PDB, pasar industri farmasi nasional, roadmap program Jaminan Kesehatan nasional (JKN), serta segmentasi pasar farmasi nasional. Duniaindustri.com membuat riset terkait proyeksi pertumbuhan pasar farmasi nasional periode 2015 hingga 2019, persentase pertumbuhannya, dan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Juga dit