Langsung ke konten utama

Respons Rupiah, Bunga Acuan Dipangkas dan Modifikasi Protokol Krisis

Merespons pelemahan rupiah yang terus melemah hingga level Rp 16.273 per dolar AS, pemerintah dan otoritas moneter yakni Bank Indonesia (BI) membuat dua jurus baru, sekaligus menangkal ekses negatif penyebaran masif virus corona di negeri ini. Dua jurus baru itu antara lain kebijakan penurunan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi sebesar 4,75 persen serta modifikasi protokol krisis.

Pada Jumat (20/3), Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi sebesar 4,75 persen. Hal itu diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur periode 19-20 Februari 2020.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Jumat.

Seiring dengan itu, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposit facility dan lending facility sebesar 25 basis poin masing-masing menjadi 4,00 persen dan 5,5 persen. Penurunan ini merupakan yang pertama kali setelah bank sentral mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5 persen selama empat bulan berturut-turut atau sejak Oktober 2019.

Di sisi lain, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku sedang memonitoring perkembangan kondisi ekonomi Indonesia terkini sebagai dampak pandemi virus corona (covid-19) dengan protokol yang diterapkan saat terjadi krisis keuangan pada 2008-2009. Namun, ada beberapa modifikasi pada protokol krisis tersebut. "Kami terus memantau dengan protokol yang sama di 2008-2009," ujar Sri Mulyani.

Pemerintah dalam hal ini Kemenkeu terus melakukan monitoring dengan melibatkan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Pemantauan menyasar pada beberapa instrumen likuiditas di pasar keuangan. Misalnya, dari sisi valuta asing (valas) dan surat utang korporasi. Kemudian, juga ke kemungkinan peningkatan rasio kredit bermasalah di perbankan (Non Performing Loan/NPL).

Namun, Menkeu menjelaskan ada beberapa modifikasi dari protokol pemantauan yang tengah digunakan. Pasalnya, dia melihat ada beberapa sasaran instrumen keuangan yang berbeda dari tekanan ekonomi pada masa krisis keuangan lalu. Dia menilai dampak terbesar dari corona ke sektor keuangan adalah melalui suku bunga, nilai tukar, pinjaman yang mungkin macet, dan berbagai sentimen psikologis juga akan dimasukkan dalam protokol yang sedang ditingkatkan.

Seperti diketahui, meningkatnya eskalasi dampak penyebaran virus corona (covid-19) secara terus-menerus di Indonesia berdampak negatif di pasar finansial domestik. Hingga Jumat (20/3), kurs rupiah terjerembap makin dalam ke level Rp 16.273 per dolar AS menurut kurs tengah Bank Indonesia.

Pergerakan kurs rupiah makin liar seiring meningkatnya jumlah penderita positif covid-19 di Indonesia, menjadi 450 positif covid-19 dan jumlah kematian 38 orang. Dalam waktu dua minggu terakhir dari 5 Maret 2020 hingga 20 Maret 2020 (14 hari), kurs rupiah anjlok 15,07% dari posisi Rp 14.141/US$ per 5 Maret menjadi level Rp 16.273/US$.

Tim Duniaindustri.com menilai depresiasi kurs perlu distabilkan dengan intervensi lebih jauh oleh otoritas moneter. Hal itu bertujuan untuk mencegah kerusakan yang lebih besar dan tidak terukur serta membatasi spekulasi yang bisa terjadi seiring tren depresiasi secara cepat. Langkah-langkah intervensi perlu dilakukan secara struktural dan sistematis guna mencegah dampak kerusakan finansial yang telah dialami rupiah dan kurs rupiah.

Terlebih lagi, mayoritas negara-negara maju di dunia, seperti Amerika Serikat, sebagian besar Eropa, China, Jepang, Korea Selatan, dan Timur Tengah juga mengalami masalah serupa dalam hal mencegah penyebaran massal covid-19 yang berdampak buruk ke sistem finansial dunia.
Bursa saham Indonesia yang dilihat dari indeks harga saham gabungan (IHSG) juga anjlok dalam secara kontinyu dalam tiga hari terakhir, mengantarkan level terendah di posisi 4.113 poin (-218 poin) atau minus 5,01%. Saham-saham emiten terlikuid dalam indeks LQ45 juga menderita penurunan dalam, karena aksi sell off, di tengah kekhawatiran memuncaknya penyebaran covid-19 di Indonesia.

Pusat permodelan matematika dan simulasi ITB telah membuat simulasi profil epidemi covid-19 di Indonesia berdasarkan kurva Richards dengan menentukan awal epidemi pada awal Maret 2020 dan puncak epidemi di pertengahan Maret 2020 dan akhir epidemi di pertengahan April 2020.

Duniaindustri.com menilai depresiasi kurs rupiah secara drastis dan cepat dapat mengguncang cash flow perusahaan-perusahaan industri di Indonesia, memperparah ketidakstabilan rantai pasok setelah terhambatnya impor bahan baku dan penolong dari China. Volatilitas kurs di atas 10% berpotensi mengganggu cash flow terutama bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan bahan baku impor tinggi. Di sisi lain, perusahaan eksportir cenderung lebih sumringah dengan kondisi ini, meskipun dibatasi dengan potensi penurunan permintaan di pasar ekspor utama akibat kebijakan lockdown di pasar target ekspor.(*/)

Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 180 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 180 database, klik di sini
  • Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc

Data Perkembangan Jumlah UKM dan Sebaran Per Provinsi

Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dirilis pada pertengahan Juli 2018 menampilkan data komprehensif, serta tren pertumbuhan jumlah dan sebaran industri kecil (usaha kecil menengah dan mikro/UMKM) di Indonesia. Pembahasan dilakukan secara detail mulai dari   tren pertumbuhan   jumlah, porsi terhadap ekonomi, komparasi dengan kondisi di negara tetangga, serta tren produksi dan ekspor industri kecil di Indonesia. Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2 dan 3). Dilanjutkan dengan   outlook dan prospek bisnis   2018 mengacu pada target pertumbuhan ekonomi pemerintah di 2018 di halaman 4. Kontribusi UMKM terhadap industri nasional di Indonesia dikomparasi dengan kondisi di sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam, dan Bra

50% dari Pemimpin Pasar Consumer Goods Dipegang Merk Lokal

Merek lokal berhasil membangun kehadiran yang lebih kuat dalam persaingan industri barang konsumen (consumer goods), ketika  50% dari 10 merek pemimpin pasar  teratas berasal dari produsen lokal. Meski demikian, ke depan diperkirakan persaingan makin ketat sehingga pemimpin pasar harus lebih kreatif untuk memasarkannya agar tetap menempati peringkat sepuluh besar. Hal itu terungkap dalam hasil Survei Kantar tahun 2019. “ Hasil survei  mewakili 85% dari total rumah tangga kota-kota besar di Indonesia,” kata Marketing Director Kantar, Fanny Muharyati, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/6). Fanny menjelaskan  survei brand “footprint”  merupakan studi tahunan Kantar untuk  mengukur merek  apa saja yang paling sering dibeli konsumen, sehingga menjadi pemimpin pasar. “Studi ini meliputi jumlah pembelian (penetrasi pasar) dan berapa sering produk dibeli. Produk yang disurvei meliputi sektor fast ‘moving consumer goods’ seperti makanan, minuman, perawatan rumah, produk keseh