Langsung ke konten utama

Tren Ekspor Minyak Sawit Indonesia 2016

Ekspor minyak sawit Indonesia pada Februari 2016 tercatat sebanyak 2,29 juta ton atau naik 9% dibandingkan dengan ekspor Januari 2016 sebesar 2,1 juta ton. Jika dibandingkan secara year-on-year, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia selama dua bulan pertama tahun 2016 naik 22% dibandingkan periode yang sama 2015, atau dari 3,59 juta ton pada periode Januari-Februari 2015 meningkat menjadi 4,39 juta ton pada Januari – Februari 2016. Menurut data yang diolah GAPKI, produksi CPO dan CPKO Indonesia untuk Januari lalu sebesar 2,99 juta ton, pada Februari 2016 produksi turun menjadi 2,70 juta ton atau turun sebesar 9,6%. Sementara stok minyak sawit Indonesia pada Januari tercatat 4,36 juta ton, sementara pada Februari 2016 turun 16% menjadi 3,66 juta ton.

Pada Februari 2016 ekspor Indonesia memang tercatat naik, meskipun pada Januari lalu, volume ekspor sempat turun 16% dibandingkan dengan ekspor Desember 2015. Ekspor sedikit digenjot untuk mengurangi stok di dalam negeri. Ke depan ekspor minyak sawit sudah akan dikurangkan karena produksi minyak sawit yang ada akan lebih difokuskan untuk memasok bahan baku biodiesel.

Sepanjang Februari 2016, negara-negara Afrika mencatatkan peningkatan permintaan minyak sawit yang cukup signifikan yaitu sebesar 66% meskipun secara volume masih kecil. Permintaan pada Januari 2016 sebanyak 153,37 ribu ton meningkat menjadi 223,24 ribu ton pada Februari 2016. Peningkatan permintaan diikuti oleh Bangladesh membukukan kenaikan permintaan akan minyak sawit dari Indonesia cukup signifikan yaitu sebesar 35% atau dari 85,94 ribu ton di Januari menjadi 115,70 ribu ton di Februari 2016. Kenaikan permintaan karena adanya pengurangan pajak penjualan minyak makan grosir sebesar 5% oleh pemerintah Bangladesh. Tujuan pengurangan pajak penjualan ini supaya rakyat Bangladesh dapat ikut menikmati harga minyak nabati global yang murah saat ini.

Kenaikan permintaan minyak sawit Indonesia juga diikuti oleh India. Pada Februari ini India mencatatkan kenaikan permintaan sebesar 12% atau dari 383,65 ribu ton pada Januari naik menjadi 428,39 ribu ton. Sementara itu negara-negara Uni Eropa mencatatkan kenaikan permintaan yang sangat tipis yaitu sebesar 2,5% atau dari 351,13 ribu ton menjadi 359,73 ribu ton.

Pada Februari 2016, penurunan ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tujuan dicatatkan oleh negara-negara Timur Tengah sebesar 35%, Amerika Serikat 19%, Pakistan 11%, dan China 4%.

Penurunan ekspor minyak sawit negara-negara tersebut di atas, selain Indonesia memang mengurangi pasokan ke pasar global dengan tujuan untuk digunakan di dalam negeri untuk produksi biodiesel, penurunan ekspor juga dipengaruhi melimpahnya stok minyak nabati lain dengan harga yang kompetitif. Perlambatan ekonomi di China juga menjadi salah satu faktor penurunan permintaan di China.

Sepanjang Februari 2016, harga CPO global bergerak di kisaran US$ 575 – US$ 657 per metrik ton, dengan harga rata-rata US$ 628,9 per ton. Harga rata-rata Februari 2016 ini naik sebesar 13% dibandingkan harga rata-rata pada Januari yaitu US$ 557,2 per metrik ton. Sementara itu harga CPO global sepanjang 3 pekan Maret 2016 bergerak di kisaran US$ 645 – US$ 717,5 per metrik ton. Harga terus menunjukkan tren naik meskipun perlahan. Harga terdongkrak karena pasokan minyak sawit ke pasar global mulai berkurang sementara itu penurunan produksi mulai terasa akibat dari pengaruh El Nino tahun lalu.

Penyerapan biodiesel akan terus meningkat di dalam negeri, sementara stok semakin berkurang demikian halnya juga produksi. Hal yang sama juga terjadi di Malaysia. Trend ini akan menstimulasi harga di pasar global. GAPKI memperkirakan harga CPO global sampai pada akhir Maret akan bergerak di kisaran US$ 685 – US$ 710 per metrik ton.

Sementara itu Bea Keluar Maret 2016 ditentukan oleh Kementerian Perdagangan masih sebesar 0% karena harga rata-rata CPO masih di bawah batas bawah pengenaan bea keluar yaitu US$ 750 per metrik ton sehingga yang berlaku hanya pungutan CPO Fund saja.

Tren penyerapan biodiesel di Indonesia pada Februari 2016 meningkat sekitar 30,5% menjadi 294 ribu kiloliter dari 225 ribu kiloliter pada Januari tahun ini, menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Kenaikan tersebut didorong penerapan mandatori biodiesel dengan campuran berbasis minyak sawit sebanyak 20% atau yang dikenal dengan mandatori B20 pada awal tahun ini yang sudah mulai berjalan.

Pada tahun 2016, menurut data Gapki, target penyerapan biodiesel di dalam negeri adalah 3,2 juta kiloliter. Sementara itu Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memperkirakan penyerapan Pertamina diperkirakan akan mencapai 2,5 juta kiloliter. "Penyerapan mungkin juga sesuai dengan target. Selama Januari dan Februari 2016, penyerapan Pertamina sudah berjalan dan mencapai 519 ribu kiloliter," mengutip press rilis Gapki.(*)

Sumber: di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Database Lengkap Industri Perikanan, Hasil Laut, dan Olahannya

Data Komprehensif Industri Perikanan dan Hasil Laut 2012-2017 (Tren Konsumsi Ikan & Peluang Pasar) ini dirilis pada minggu pertama Februari 2018 menampilkan data komprehensif, tren perkembangan, infografis menarik , terkait industri perikanan dan hasil laut (rumput laut, ikan surimi, udang, tuna tongkol cakalang, kepiting & rajungan, cumi & gurita). Diperkuat dengan tren produksi, sebaran lokasi, serta nama produsen, data komprehensif ini diharapkan dapat memperkaya database persaingan pasar guna menentukan arah strategi bisnis ke depan. Data Komprehensif Industri Perikanan dan Hasil Laut 2012-2017 (Tren Konsumsi Ikan & Peluang Pasar) ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2-4). Dengan dukungan jumlah penduduk yang besar, pasar industri perikanan dan hasil laut cukup prospektif dan atraktif baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Pada halaman 5, ditampilkan tabel tren perkembangan konsumsi

Tren Nilai Pasar Industri Detergent di Indonesia

Nilai pasar (market size) industri deterjen di Indonesia diestimasi tumbuh 3,5% menjadi Rp 10,11 triliun pada 2016 dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 9,77 triliun, menurut riset duniaindustri.com . Momentum perbaikan perekonomian Indonesia dan daya beli konsumen akan menopang pertumbuhan market size industri deterjen tahun ini. Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan market size industri deterjen cukup fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 6% menjadi Rp 9,54 triliun. Namun, perlambatan perekonomian nasional, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta kejatuhan harga komoditas dunia ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan industri deterjen pada 2015. Tahun lalu, market size industri deterjen diperkirakan tumbuh melambat menjadi 2,5%. Tiga raksasa consumer goods di Indonesia, yakni Wings Group, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Kao Indonesia, makin ketat bersaing di pasar deterjen di indonesia. Berdasarkan penelusur

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc