Tren penjualan semen di kuartal I 2016 mulai bergairah dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,33% dibanding periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, tren penjualan semen secara bulanan terus melemah, dengan persentase pertumbuhan masing-masing bulan yakni Januari (9%), Februari (2,9%), dan Maret (2,14%).
Data dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menunjukkan penjualan semen pada kuartal I 2016 mencapai 14,43 juta ton, tumbuh 4,33% dibanding periode yang sama tahun lalu 13,83 juta ton. “Permintaan semen naik sebesar 4% pada kuartal I 2016. Semoga Mei dan seterusnya bisa di atas 5%,” kata Ketua ASI Widodo Santoso kepada pers.
Widodo menilai, faktor hujan adalah alasan utama konsumsi semen melambat pada Maret. Hujan menghambat pelaksanaan berbagai proyek konstruksi, properti, dan infrastruktur.
“Kami berharap curah hujan yang diprediksi reda pada Mei bisa memicu permintaan semen tumbuh lebih pesat menyerap produksi industri yang saat ini menumpuk di gudang. Stok semen di pabrik cukup banyak, jika pada Mei peningkatan demand belum tajam maka produsen semen akan slow down, bahkan menghentikan sebagian unitnya,” papar dia.
Data dari ASI menunjukkan dominasi pertumbuhan permintaan terjadi di luar Jawa. Pertumbuhan paling tinggi pada Maret 2016 terjadi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, sedangkan permintaan semen di Jawa merosot 1,5%.
Jawa masih menjadi pasar semen paling besar. Penjualan semen di Jawa mencapai 2,6 juta ton pada bulan lalu, penjualan semen di Sumatera naik 1,3% menjadi 1,04 juta ton, sedangkan penjualan semen di Sulawesi sebanyak 434.540 ton.
Persaingan Pasar
Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen di Pulau Jawa pada 2015 mencapai 33,69 juta ton, turun 0,1% dibanding 2014 sebesar 33,73 juta ton. Pasar semen di Pulau Jawa berkontribusi 55,74% dari total pasar semen di Indonesia. Dari jumlah itu, pasar semen terbesar di Pulau Jawa terletak di Jawa Barat sebesar 8,93 juta ton atau setara 26,5% dari total pasar semen di Pulau Jawa. Setelah Jawa Barat, pasar semen terbesar kedua yakni Jawa Timur sebesar 8,1 juta ton, Jawa Tengah 7,12 juta ton, Jakarta 5,3 juta ton, Banten 3,28 juta ton, dan Yogyakarta 940 ribu ton.
Sementara pasar semen di Kalimantan pada 2015 mencapai 4,06 juta ton, atau setara 6,7% dari total pasar semen di Indonesia.
Tahun ini sejumlah pemain baru akan merealisasikan pabrik baru dan mulai merambah pasar terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan. Sebut saja, Semen Garuda, Semen Merah Putih, Semen Puger, Semen Bima, Semen Jawa akan meramaikan pasar semen di Pulau Jawa. Sementara Semen Conch akan memperketat persaingan semen di Pulau Kalimantan.
Berdasarkan kompilasi data duniaindustri.com, Pulau Jawa saat ini dikuasai dua produsen semen besar, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan pangsa pasar masing-masing sekitar 38,8% dan 37%. Begitu juga di Pulau Kalimantan, Semen Indonesia dan Indocement menguasai pangsa pasar masing-masing sekitar 51,6% dan 27,9%.
Kehadiran pemain-pemain baru dengan merek semen yang baru akan terus memanaskan kompetisi pasar dengan pemain existing, mengingat skala ekonomi dan perang harga dimungkinkan terjadi. Pemain baru diperkirakan menggencarkan promosi dan diskon harga terutama di daerah dekat pabrik untuk menopang pertumbuhan merek semen mereka. Hal itu tentu harus diantisipasi pemain-pemain existing.(*)
Sumber: di sini
Data dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menunjukkan penjualan semen pada kuartal I 2016 mencapai 14,43 juta ton, tumbuh 4,33% dibanding periode yang sama tahun lalu 13,83 juta ton. “Permintaan semen naik sebesar 4% pada kuartal I 2016. Semoga Mei dan seterusnya bisa di atas 5%,” kata Ketua ASI Widodo Santoso kepada pers.
Widodo menilai, faktor hujan adalah alasan utama konsumsi semen melambat pada Maret. Hujan menghambat pelaksanaan berbagai proyek konstruksi, properti, dan infrastruktur.
“Kami berharap curah hujan yang diprediksi reda pada Mei bisa memicu permintaan semen tumbuh lebih pesat menyerap produksi industri yang saat ini menumpuk di gudang. Stok semen di pabrik cukup banyak, jika pada Mei peningkatan demand belum tajam maka produsen semen akan slow down, bahkan menghentikan sebagian unitnya,” papar dia.
Data dari ASI menunjukkan dominasi pertumbuhan permintaan terjadi di luar Jawa. Pertumbuhan paling tinggi pada Maret 2016 terjadi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, sedangkan permintaan semen di Jawa merosot 1,5%.
Jawa masih menjadi pasar semen paling besar. Penjualan semen di Jawa mencapai 2,6 juta ton pada bulan lalu, penjualan semen di Sumatera naik 1,3% menjadi 1,04 juta ton, sedangkan penjualan semen di Sulawesi sebanyak 434.540 ton.
Persaingan Pasar
Persaingan industri semen terutama untuk sejumlah merek semen di Pulau Jawa dan Kalimantan diperkirakan makin memanas seiring kehadiran pemain-pemain baru, menurut riset duniaindustri.com. Munculnya pemain-pemain baru berpotensi menggerus pangsa pasar pemain existing jika tidak diantisipasi dengan strategi yang tepat.
Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pasar semen di Pulau Jawa pada 2015 mencapai 33,69 juta ton, turun 0,1% dibanding 2014 sebesar 33,73 juta ton. Pasar semen di Pulau Jawa berkontribusi 55,74% dari total pasar semen di Indonesia. Dari jumlah itu, pasar semen terbesar di Pulau Jawa terletak di Jawa Barat sebesar 8,93 juta ton atau setara 26,5% dari total pasar semen di Pulau Jawa. Setelah Jawa Barat, pasar semen terbesar kedua yakni Jawa Timur sebesar 8,1 juta ton, Jawa Tengah 7,12 juta ton, Jakarta 5,3 juta ton, Banten 3,28 juta ton, dan Yogyakarta 940 ribu ton.
Sementara pasar semen di Kalimantan pada 2015 mencapai 4,06 juta ton, atau setara 6,7% dari total pasar semen di Indonesia.
Tahun ini sejumlah pemain baru akan merealisasikan pabrik baru dan mulai merambah pasar terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan. Sebut saja, Semen Garuda, Semen Merah Putih, Semen Puger, Semen Bima, Semen Jawa akan meramaikan pasar semen di Pulau Jawa. Sementara Semen Conch akan memperketat persaingan semen di Pulau Kalimantan.
Berdasarkan kompilasi data duniaindustri.com, Pulau Jawa saat ini dikuasai dua produsen semen besar, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan pangsa pasar masing-masing sekitar 38,8% dan 37%. Begitu juga di Pulau Kalimantan, Semen Indonesia dan Indocement menguasai pangsa pasar masing-masing sekitar 51,6% dan 27,9%.
Kehadiran pemain-pemain baru dengan merek semen yang baru akan terus memanaskan kompetisi pasar dengan pemain existing, mengingat skala ekonomi dan perang harga dimungkinkan terjadi. Pemain baru diperkirakan menggencarkan promosi dan diskon harga terutama di daerah dekat pabrik untuk menopang pertumbuhan merek semen mereka. Hal itu tentu harus diantisipasi pemain-pemain existing.(*)
Sumber: di sini
Komentar
Posting Komentar