Langsung ke konten utama

Tren Baru Commodity Boom, Kenaikan Harga Komoditi Pasca Pandemi

 

Duniaindustri.com (Februari 2021) – Setelah mengarungi masa pandemi Covid-19 yang telah berjalan setahun secara global, berbagai lembaga finansial dan keuangan mulai memproyeksi outlook trend dunia yang mengarah pada commodity boom. Pemulihan ekonomi global yang merangkak naik disertai ekspektasi kenaikan permintaan di emerging market cenderung mengarah pada trend commodity boom, sebagai tren baru pasca pandemi.


 

Upaya investor untuk melakukan lindung nilai terhadap tekanan inflasi serta langkah kompensasi dari kerugian selama masa pandemi menjadi salah satu dasar utama trend commodity boom. Hal itu diperkuat dengan situasi geopolitik di Laut China Selatan serta perlombaan terhadap energi terbarukan terutama kendaraan listrik yang berupaya mencari skala keekonomisan.

Sinyal trend baru commodity boom mulai terlihat sebagai siklus rebound harga minyak yang pernah terjerembab anjlok hingga di bawah US$ 20/barel saat pandemi memuncak. Kini harga sejumlah komoditas mulai merangkak naik, sebagai upaya mencari titik equilibrium baru pasca Covid-19.

Salah satu lembaga finansial yang menyoroti trend baru ini adalah JPMorgan Chase & Co. Dalam catatan riset JP Morgan, minyak mentah dan beberapa komoditas lainnya berpotensi memasuki siklus super (supercycle) pasca pandemi.

Trend supercycle komoditas didukung proses pemulihan ekonomi pasca pandemi dan meningkatnya laju inflasi yang memicu ekspektasi kenaikan permintaan. Booming multi-tahun kemungkinan akan terjadi, mengingat keinginan investor untuk melakukan lindung nilai terhadap inflasi dan dolar yang lebih lemah karena bank sentral mengadopsi kebijakan "sangat longgar" dan pemerintah meningkatkan pengeluaran.

Satu poin lain yang menjadi sorotan JPMorgan adalah perubahan iklim yang membawa kesadaran global akan energi terbarukan. Namun, tim Duniaindustri.com menilai skala keekonomisan energi terbarukan masih menjadi pertanyaan besar untuk mengkompensasi harga minyak mentah yang cenderung rendah. Karena itu, tidak mengherankan jika terdapat sejumlah analisis dan riset outlook yang mengarahkan pada trend commodity boom untuk menyetarakan harga energi terbaru sebagai substitusi harga minyak mentah.

Potensi kenaikan harga minyak mentah akan mendorong komoditas lainnya seperti minyak sawit, nikel, bauksit, serta ‘memanaskan’ harga batubara dan emas. Dampak berantai lanjutan, harga logam mulai terkerek sebagai efek bola salju yang sulit dihindari.

Meski baru sebatas proyeksi, commodity boom belum dapat menjadi dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan di tingkat mikro, mengingat sejumlah sinyal masih lemah. Perlu konfirmasi sinyal agar trend baru commodity boom menjadi confirm outlook, entah dalam 6 bulan ke depan ataupun 1 tahun mendatang.(*/tim redaksi 08 & 10/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 220 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 220 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 16 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc

Data Perkembangan Jumlah UKM dan Sebaran Per Provinsi

Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dirilis pada pertengahan Juli 2018 menampilkan data komprehensif, serta tren pertumbuhan jumlah dan sebaran industri kecil (usaha kecil menengah dan mikro/UMKM) di Indonesia. Pembahasan dilakukan secara detail mulai dari   tren pertumbuhan   jumlah, porsi terhadap ekonomi, komparasi dengan kondisi di negara tetangga, serta tren produksi dan ekspor industri kecil di Indonesia. Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2 dan 3). Dilanjutkan dengan   outlook dan prospek bisnis   2018 mengacu pada target pertumbuhan ekonomi pemerintah di 2018 di halaman 4. Kontribusi UMKM terhadap industri nasional di Indonesia dikomparasi dengan kondisi di sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam, dan Bra

50% dari Pemimpin Pasar Consumer Goods Dipegang Merk Lokal

Merek lokal berhasil membangun kehadiran yang lebih kuat dalam persaingan industri barang konsumen (consumer goods), ketika  50% dari 10 merek pemimpin pasar  teratas berasal dari produsen lokal. Meski demikian, ke depan diperkirakan persaingan makin ketat sehingga pemimpin pasar harus lebih kreatif untuk memasarkannya agar tetap menempati peringkat sepuluh besar. Hal itu terungkap dalam hasil Survei Kantar tahun 2019. “ Hasil survei  mewakili 85% dari total rumah tangga kota-kota besar di Indonesia,” kata Marketing Director Kantar, Fanny Muharyati, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/6). Fanny menjelaskan  survei brand “footprint”  merupakan studi tahunan Kantar untuk  mengukur merek  apa saja yang paling sering dibeli konsumen, sehingga menjadi pemimpin pasar. “Studi ini meliputi jumlah pembelian (penetrasi pasar) dan berapa sering produk dibeli. Produk yang disurvei meliputi sektor fast ‘moving consumer goods’ seperti makanan, minuman, perawatan rumah, produk keseh