Langsung ke konten utama

Tekanan Pandemi, Kredit Rp 904 Triliun Terpaksa Direstrukturisasi

 Duniaindustri.com (November 2020) – Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari 8 bulan ke belakang benar-benar memberikan tekanan hebat bagi industri keuangan, terutama perbankan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan hingga 28 September 2020 lalu nilai restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh perbankan mencapai Rp904,3 triliun untuk 7,5 juta debitur.



Sementara pada perusahaan pembiayaan nilai restrukturisasi kredit yang dilakukan mencapai Rp170,17 triliun untuk 4,6 juta kontrak. Lonjakan yang drastis dalam hal restrukturisasi kredit akibat pandemi.

Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, pandemi Covid-19 benar-benar memberikan tekanan yang luar biasa terhadap industri keuangan dan perbankan skala besar hingga kecil. Bahkan dari catatan OJK dari 100 perusahaan besar, sebanyak 74 perusahaan terkena dampak langsung sehingga aktivitas usahanya tidak bisa berjalan optimal.

Dampaknya, lanjut dia, perusahaan-perusahaan tersebut tidak bisa memenuhi kewajiban utangnya secara tepat waktu. Oleh sebab itu banyak diantara mereka yang memanfaatkan kebijakan pemerintah berupa restrukturisasi utang agar beban usahanya bisa diperingan.

"Terjadi kontraksi cukup dalam pada Maret-Juni, bahkan beberapa segmen kredit diantaranya kredit korporasi ada 74 debitur dari 100 debitur baki debetnya turun," ungkap Wimboh dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan secara virtual, minggu lalu.

Wimboh menyebutkan, beberapa perusahaan besar yang mengalami masalah finansial sehingga tidak mampu membayar utangnya tepat waktu, antara lain perusahaan yang bergerak di sektor perhotelan, penerbangan dan manufaktur. Dia menyadari bahwa tekanan akibat pandemi membuat permintaan turun drastis dalam waktu yang begitu singkat.

"Mereka katakan bahwa selama ini tidak bisa operasi  full  karena permintaan belum pulih seperti semula. Mereka akan siap memenuhi kewajibannya kalau situasi sudah balik normal. Tapi selama aktivitas sosial belum leluasa, permintaan itu tidak akan pulih normal," katanya.

Sebelumnya, BPS juga merilis data survei tentang dampak pandemi terhadap kondisi perusahaan di Indonesia. Mengutip “Laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha” yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), September 2020, sebanyak 8,67% perusahaan berhenti beroperasi, 5,45% perusahaan beroperasi dengan penerapan work from home (Wfh) untuk sebagian pegawai, 2,05% perusahaan beroperasi dengan WfH untuk seluruh pegawai.

Sementara 24,31% perusahaan beroperasi dengan pengurangan kapasitas (jam kerja, mesin, dan tenaga kerja), 0,49% perusahaan beoperasi bahkan melebihi kapasitas sebelum Covid-19, 58,95% perusahaan beroperasi seperti biasa.

“Laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha” merupakan hasil survey BPS yang dilakukan sepanjang 10-26 Juli 2020 terhadap 34.559 responden. Secara umum, 6 dari setiap 10 perusahaan masih beroperasi seperti biasa.

Pada 5 provinsi dengan kasus Covid-19 tertinggi (Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat), secara rata-rata ada sebanyak 5 dari setiap 10 perusahaan masih beroperasi seperti biasa. Di DKI Jakarta, 29,56% perusahaan masih beroperasi seperti biasa, di Jawa Timur paling tinggi 58,2% perusahaan beroperasi biasa, disusul Jawa Tengah 55,05% perusahaan beroperasi biasa.

Dilihat dari sektornya, sekitar 77 dari setiap 100 perusahaan di sektor pengadaan air dan pengelolaan limbah, pertanian, peternakan dan perikanan, serta real estat masih beroperasi seperti biasa. Yang paling rendah adalah jasa pendidikan, hanya 27,29% yang beroperasi normal. Hanya sekitar 27 dari setiap 100 perusahaan di sektor jasa pendidikan yang masih beroperasi seperti biasa.

Sementara dilihat dari dampak Covid-19 terhadap pendapatan perusahaan, 82,29% usaha mikro besar (UMB) mengakui penurunan pendapatan, sementara untuk usaha mikro kecil (UMK) angkanya lebih tinggi yakni 84,2%.

Untuk beradaptasi, 15 dari setiap 100 perusahaan cenderung melakukan diversifikasi usaha selama pandemi. Tiga sektor dengan persentase tertinggi untuk diversifikasi usaha adalah industri pengolahan sebesar 21,97%, akomodasi dan makan minum sebesar 19,88%, serta perdagangan dan reparasi kendaraan 16,71%. Bahkan, 5 dari setiap 100 perusahaan menempuh upaya untuk beralih ke sektor yang berbeda dan bergerak ke sektor yang baru.

Sekitar 19% pelaku usaha memperkirakan hanya mampu bertahan maksimal hingga 3 bulan. Sementara 45% pelaku usaha yang melakukan diversifikasi usaha tetap optimis perusahaannya mampu bertahan lebih dari 3 bulan. Dan 8 dari setiap 10 perusahaan optimis dapat pulih maksimal 6 bulan ke depan.(*/tim redaksi 08 & 09/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 209 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 209 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc

Data Perkembangan Jumlah UKM dan Sebaran Per Provinsi

Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dirilis pada pertengahan Juli 2018 menampilkan data komprehensif, serta tren pertumbuhan jumlah dan sebaran industri kecil (usaha kecil menengah dan mikro/UMKM) di Indonesia. Pembahasan dilakukan secara detail mulai dari   tren pertumbuhan   jumlah, porsi terhadap ekonomi, komparasi dengan kondisi di negara tetangga, serta tren produksi dan ekspor industri kecil di Indonesia. Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2 dan 3). Dilanjutkan dengan   outlook dan prospek bisnis   2018 mengacu pada target pertumbuhan ekonomi pemerintah di 2018 di halaman 4. Kontribusi UMKM terhadap industri nasional di Indonesia dikomparasi dengan kondisi di sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam, dan Bra

50% dari Pemimpin Pasar Consumer Goods Dipegang Merk Lokal

Merek lokal berhasil membangun kehadiran yang lebih kuat dalam persaingan industri barang konsumen (consumer goods), ketika  50% dari 10 merek pemimpin pasar  teratas berasal dari produsen lokal. Meski demikian, ke depan diperkirakan persaingan makin ketat sehingga pemimpin pasar harus lebih kreatif untuk memasarkannya agar tetap menempati peringkat sepuluh besar. Hal itu terungkap dalam hasil Survei Kantar tahun 2019. “ Hasil survei  mewakili 85% dari total rumah tangga kota-kota besar di Indonesia,” kata Marketing Director Kantar, Fanny Muharyati, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/6). Fanny menjelaskan  survei brand “footprint”  merupakan studi tahunan Kantar untuk  mengukur merek  apa saja yang paling sering dibeli konsumen, sehingga menjadi pemimpin pasar. “Studi ini meliputi jumlah pembelian (penetrasi pasar) dan berapa sering produk dibeli. Produk yang disurvei meliputi sektor fast ‘moving consumer goods’ seperti makanan, minuman, perawatan rumah, produk keseh