Langsung ke konten utama

Permintaan Pasar Baja Menukik 50%, Bagaimana Dampaknya terhadap Ekonomi?

Dampak pandemi Covid-19 telah melemahkan perekonomian nasional, termasuk industri baja yang memiliki dampak multiplier terhadap sektor industri. Krakatau Steel berinisiatif untuk menggerakkan kembali industri hilir dan industri pengguna baja sebagai upaya pemulihan ekonomi.

Atas inisiatif transformasi bisnis dan restrukturisasi keuangan, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk pada triwulan I 2020 berhasil meraih kinerja positif. Namun demikian, sejak bulan April 2020 kondisi perekonomian nasional mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19 sehingga industri baja mengalami penurunan permintaan hingga 50%. Kondisi lesunya perekonomian diperkirakan terus berlanjut sampai akhir 2020.

"Menurunnya permintaan pasar mengakibatkan rendahnya utilisasi industri. Hal ini berdampak pada tergerusnya modal kerja dari pelaku industri karena harus menanggung beban selama 3 bulan terakhir untuk mempertahankan pabrik tetap beroperasi. Keterbatasan modal kerja menyebabkan sulinya pelaku industri dalam membeli bahan baku dan membiayai operasional pabrik,” ujar Silmy Karim, Direktur Utama Krakatau Steel dalam keterangan tertulis yang diterima Duniaindustri.com di Jakarta, Selasa (2/6).

Silmy memberikan warning jika kondisi ini terus berlarut-larut dan kita tidak melakukan langkah-langkah antisipasi, besar kemungkinan industri hilir dan industri pengguna baja akan menutup pabriknya secara permanen. “Keadaan ini sangat berisiko bagi perekonomian nasional karena untuk menghidupkan kembali sektor industri memerlukan waktu dan biaya yang besar serta effort yang tidak sedikit," kata Silmy.

Lebih lanjut Silmy menyampaikan, industri baja merupakan mother of industry yang memiliki multiplier effect yang sangat besar khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja, pengurangan ketergantungan impor, dan peningkatan daya saing industri nasional. Krakatau Steel sebagai BUMN dengan dukungan pemerintah berinisiatif untuk menggerakkan kembali industri hilir dan industri pengguna baja agar tetap beroperasi.

Industri hilir yang terdampak di antaranya industri konstruksi, baja lapis (BjLS), baja lapis aluminium seng (BjLAS), dan baja lapis timah. Sedangkan industri pengguna baja seperti minyak dan gas, otomotif, elektronik, pertanian, fabrikator, industri makanan minuman serta perkakas. Dengan inisiatif tersebut, diharapkan rantai pasok industri hulu, antara, sampai hilir dapat segera normal kembali yang pada akhirnya akan mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Duniaindustri.com menilai beban operasional industri baja yang dalam tiga bulan terakhir beroperasi secara minimal memang cenderung membengkak dan tidak bisa dikompensasi oleh volume penjualan. Tingkat utilisasi yang rendah dalam tiga bulan terakhir telah memicu kelangkaan pasokan yang dialami sejumlah proyek infrastruktur dan konstruksi di sejumlah daerah. Duniaindustri.com telah mewawancari sejumlah kontraktor di Jawa Timur yang mengakui adanya kelangkaan sejumlah produk baja seperti kawat baja pratekan.

Kondisi tersebut diperparah dengan trend harga baja dunia yang cenderung melemah. Tren harga baja dunia menukik tajam pada awal kuartal II 2020 seiring dengan meningkatnya dampak pandemi global virus corona (Covid-19). Harga baja dunia tercatat terjun bebas 30,4% menjadi US$ 400 per ton pada awal April 2020 dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 575 per ton.

Pandemi global Covid-19 yang meluluhlantakan rantai pasokan industri telah mengirimkan efek kejut yang luar biasa di sektor baja. Tekanan pelemahan harga baja juga diperparah dengan kemerosotan harga komoditas terutama minyak dan tembaga.

Berdasarkan data yang dihimpun tim Duniaindustri.com, harga baja impor asal China dan India di Timur Tengah merosot tajam di kisaran US$ 400-440 per ton. Hampir seluruh proses pembelian bahan baku manufaktur ini mengalami negosiasi ulang untuk kontrak jangka pendek dan jangka Panjang.

Duniaindustri.com mengambil acuan data tren harga baja dunia dari harga baja di Timur Tengah dengan negara asal China untuk kategori baja canai panas (hot rolled coils/HRC) ukuran 3 milimeter. Sebelumnya, pada awal April 2019, harga HRC 3 mm masih bertengger di kisaran US$ 575-585 per ton, sebelum akhirnya harus rontoh diterjang pandemi Covid-19 menjadi kisaran US$ 400-440 per ton pada 1 April 2020.

Penurunan tajam harga baja dunia juga disertai dengan kekhawatiran efek kekurangan pasokan (shortage), imbas dari pembatasan (lock down) di sejumlah negara produsen utama pada April-Mei 2020. Dengan kondisi lock down, pabrik baja di sejumlah negara produsen utama beroperasi pada tingkat utilisasi minimal untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. (*/tim redaksi 09 & 10/Safarudin/Indra)

Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
  • Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Database Lengkap Industri Perikanan, Hasil Laut, dan Olahannya

Data Komprehensif Industri Perikanan dan Hasil Laut 2012-2017 (Tren Konsumsi Ikan & Peluang Pasar) ini dirilis pada minggu pertama Februari 2018 menampilkan data komprehensif, tren perkembangan, infografis menarik , terkait industri perikanan dan hasil laut (rumput laut, ikan surimi, udang, tuna tongkol cakalang, kepiting & rajungan, cumi & gurita). Diperkuat dengan tren produksi, sebaran lokasi, serta nama produsen, data komprehensif ini diharapkan dapat memperkaya database persaingan pasar guna menentukan arah strategi bisnis ke depan. Data Komprehensif Industri Perikanan dan Hasil Laut 2012-2017 (Tren Konsumsi Ikan & Peluang Pasar) ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2-4). Dengan dukungan jumlah penduduk yang besar, pasar industri perikanan dan hasil laut cukup prospektif dan atraktif baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Pada halaman 5, ditampilkan tabel tren perkembangan konsumsi

Tren Nilai Pasar Industri Detergent di Indonesia

Nilai pasar (market size) industri deterjen di Indonesia diestimasi tumbuh 3,5% menjadi Rp 10,11 triliun pada 2016 dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 9,77 triliun, menurut riset duniaindustri.com . Momentum perbaikan perekonomian Indonesia dan daya beli konsumen akan menopang pertumbuhan market size industri deterjen tahun ini. Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan market size industri deterjen cukup fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 6% menjadi Rp 9,54 triliun. Namun, perlambatan perekonomian nasional, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta kejatuhan harga komoditas dunia ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan industri deterjen pada 2015. Tahun lalu, market size industri deterjen diperkirakan tumbuh melambat menjadi 2,5%. Tiga raksasa consumer goods di Indonesia, yakni Wings Group, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Kao Indonesia, makin ketat bersaing di pasar deterjen di indonesia. Berdasarkan penelusur

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc