Tren harga baja
dunia menukik tajam pada awal kuartal II 2020 seiring dengan
meningkatnya dampak pandemi global virus corona (Covid-19). Harga baja
dunia tercatat terjun bebas 30,4% menjadi US$ 400 per ton pada awal
April 2020 dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 575 per ton.
Pandemi global Covid-19 yang meluluhlantakan rantai pasokan industri telah mengirimkan efek kejut yang luar biasa di sektor baja. Tekanan pelemahan harga baja juga diperparah dengan kemerosotan harga komoditas terutama minyak dan tembaga.
Berdasarkan data yang dihimpun tim Duniaindustri.com, harga baja impor asal China dan India di Timur Tengah merosot tajam di kisaran US$ 400-440 per ton. Hampir seluruh proses pembelian bahan baku manufaktur ini mengalami negosiasi ulang untuk kontrak jangka pendek dan jangka Panjang.
Duniaindustri.com mengambil acuan data tren harga baja dunia dari harga baja di Timur Tengah dengan negara asal China untuk kategori baja canai panas (hot rolled coils/HRC) ukuran 3 milimeter. Sebelumnya, pada awal April 2019, harga HRC 3 mm masih bertengger di kisaran US$ 575-585 per ton, sebelum akhirnya harus rontoh diterjang pandemi Covid-19 menjadi kisaran US$ 400-440 per ton pada 1 April 2020.
Penurunan tajam harga baja dunia juga disertai dengan kekhawatiran efek kekurangan pasokan (shortage), imbas dari pembatasan (lock down) di sejumlah negara produsen utama pada April-Mei 2020. Dengan kondisi lock down, pabrik baja di sejumlah negara produsen utama beroperasi pada tingkat utilisasi minimal untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Strategi penurunan utilisasi pabrik baja juga seiring dengan pelemahan permintaan di negara-negara maju, dampak dari penundaan proyek-proyek skala besar. Asosiasi Baja Dunia atau World Steel Association (World Steel) melaporkan produksi baja mentah dunia dari 64 negara hanya menyentuh angka 147,1 juta ton pada Maret 2020, anjlok 6,0% dibandingkan dengan Maret 2019. Efek pandemic Covid-19 yang melanda lebih dari 200 negara di dunia menimbulkan kesulitan yang berlanjut dari mulai hulu hingga hilir, memicu revisi produksi di sejumlah negara produsen utama.
Menurut World Steel, produksi baja mentah dunia sepanjang kuartal I 2020 hanya mencapai 443,0 juta ton, turun 1,4% dibandingkan periode yang sama pada 2019. Asia menghasilkan 315,2 juta ton baja mentah pada kuartal I 2020, melemah 0,3% dari kuartal I 2019. Uni Eropa memproduksi 38,3 juta ton baja mentah pada kuartal I 2020, anjlok 10,0% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2019. Produksi baja mentah Amerika Utara dalam tiga bulan pertama 2020 mencapai 29,5 juta ton, turun 4% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2019.
Cina memproduksi 79,0 juta ton baja mentah pada Maret 2020, turun 1,7% dibandingkan Maret 2019. India memperkirakan angka produksi hanya 8,7 juta ton baja mentah pada Maret 2020, turun 13,9% dibanding Maret 2019. Penurunan juga terjadi di Jepang dengan angka produksi 8,2 juta ton baja mentah pada Maret 2020, turun 9,7% dari Maret 2019. Demikian juga Korea Selatan yang hanya memproduksi baja mentah 5,8 juta ton pada Maret 2020, turun 7,9% dari Maret 2019.(*)
Sumber: klik di sini
Pandemi global Covid-19 yang meluluhlantakan rantai pasokan industri telah mengirimkan efek kejut yang luar biasa di sektor baja. Tekanan pelemahan harga baja juga diperparah dengan kemerosotan harga komoditas terutama minyak dan tembaga.
Berdasarkan data yang dihimpun tim Duniaindustri.com, harga baja impor asal China dan India di Timur Tengah merosot tajam di kisaran US$ 400-440 per ton. Hampir seluruh proses pembelian bahan baku manufaktur ini mengalami negosiasi ulang untuk kontrak jangka pendek dan jangka Panjang.
Duniaindustri.com mengambil acuan data tren harga baja dunia dari harga baja di Timur Tengah dengan negara asal China untuk kategori baja canai panas (hot rolled coils/HRC) ukuran 3 milimeter. Sebelumnya, pada awal April 2019, harga HRC 3 mm masih bertengger di kisaran US$ 575-585 per ton, sebelum akhirnya harus rontoh diterjang pandemi Covid-19 menjadi kisaran US$ 400-440 per ton pada 1 April 2020.
Penurunan tajam harga baja dunia juga disertai dengan kekhawatiran efek kekurangan pasokan (shortage), imbas dari pembatasan (lock down) di sejumlah negara produsen utama pada April-Mei 2020. Dengan kondisi lock down, pabrik baja di sejumlah negara produsen utama beroperasi pada tingkat utilisasi minimal untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Strategi penurunan utilisasi pabrik baja juga seiring dengan pelemahan permintaan di negara-negara maju, dampak dari penundaan proyek-proyek skala besar. Asosiasi Baja Dunia atau World Steel Association (World Steel) melaporkan produksi baja mentah dunia dari 64 negara hanya menyentuh angka 147,1 juta ton pada Maret 2020, anjlok 6,0% dibandingkan dengan Maret 2019. Efek pandemic Covid-19 yang melanda lebih dari 200 negara di dunia menimbulkan kesulitan yang berlanjut dari mulai hulu hingga hilir, memicu revisi produksi di sejumlah negara produsen utama.
Menurut World Steel, produksi baja mentah dunia sepanjang kuartal I 2020 hanya mencapai 443,0 juta ton, turun 1,4% dibandingkan periode yang sama pada 2019. Asia menghasilkan 315,2 juta ton baja mentah pada kuartal I 2020, melemah 0,3% dari kuartal I 2019. Uni Eropa memproduksi 38,3 juta ton baja mentah pada kuartal I 2020, anjlok 10,0% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2019. Produksi baja mentah Amerika Utara dalam tiga bulan pertama 2020 mencapai 29,5 juta ton, turun 4% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2019.
Cina memproduksi 79,0 juta ton baja mentah pada Maret 2020, turun 1,7% dibandingkan Maret 2019. India memperkirakan angka produksi hanya 8,7 juta ton baja mentah pada Maret 2020, turun 13,9% dibanding Maret 2019. Penurunan juga terjadi di Jepang dengan angka produksi 8,2 juta ton baja mentah pada Maret 2020, turun 9,7% dari Maret 2019. Demikian juga Korea Selatan yang hanya memproduksi baja mentah 5,8 juta ton pada Maret 2020, turun 7,9% dari Maret 2019.(*)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Komentar
Posting Komentar