Sejumlah prinsipal farmasi
diketahui sedang berlomba mengembangkan obat atau vaksin anti virus
corona (Covid-19). Selain dapat berkontribusi bagi sisi kemanusiaan, adu
cepat pengembangan obat anti Covid-19 akan meningkatkan brand image, kinerja penjualan, hingga akhirnya mengerek harga saham prinsipal farmasi.
Di Amerika Serikat, prinsipal farmasi seperti Abbott Laboratories dan Roche Holding AG berlomba mengadakan tes antibody untuk Covid-19. Tes antibodi produk Abbott Laboratories untuk virus corona baru (COVID-19) dikabarkan sangat manjur menentukan apakah seseorang pernah terinfeksi virus atau tidak, klaim perusahaan itu mengutip sebuah penelitian di AS.
Para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Washington menemukan bahwa alat tes Abbott memiliki tingkat spesifisitas 99,9% dan tingkat sensitivitas 100%, menunjukkan sangat sedikit peluang kesalahan mendiagnosis orang pernah terinfeksi corona atau tidak dan tidak ada peluang munculnya hasil negatif palsu. Tes antibodi dapat mengetahui apakah seseorang pernah terinfeksi dan ini dianggap penting dalam upaya untuk membuat setiap orang bisa kembali bekerja dengan aman karena keberadaan antibodi terhadap virus menunjukkan kemungkinan kekebalan terhadap infeksi di masa depan.
Tes Abbott diluncurkan bulan lalu di bawah pelonggaran aturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) untuk beberapa tes coronavirus, yang memungkinkan pendistribusian sebelum izin resmi sehingga menerima otorisasi penggunaan darurat dari FDA. Abbott telah mengirimkan lebih dari 10 juta tes antibodi ke rumah sakit dan laboratorium.
Di sisi lain, prinsipal farmasi Roche Holding AG mengatakan tes antibodinya memiliki tingkat spesifisitas lebih dari 99,8% dan tingkat sensitivitas 100%, dan mengharapkan peningkatan produksi untuk membuat lebih dari 100 juta tes sebulan pada akhir tahun. Tes Roche juga telah menerima otorisasi penggunaan darurat dari FDA.
Sementara itu, di Indonesia, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus berupaya memproduksi obat-obatan untuk perawatan pasien Corona atau Covid-19. Dua perusahaan farmasi milik negara ditugaskan untuk hal ini.
Hal ini sejalan dengan permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang farmasi memproduksi obat untuk mengatasi virus corona atau covid-19.
Menurut Jokowi, pemerintah sudah menyiapkan obat dari hasil riset dan pengalaman beberapa negara, agar bisa digunakan untuk mengobati COVID-19 yang sesuai dengan resep dokter. “Obat tersebut akan sampai kepada pasien yang membutuhkan melalui dokter keliling dari rumah ke rumah, melalui rumah sakit, dan puskesmas di kawasan yang terinfeksi. Saya sudah minta kepada BUMN farmasi yang memproduksi ini untuk memperbanyak produksinya,” kata Jokowi.
Menanggapi hal itu, perusahaan farmasi milik negara yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk bakal memproduksi 3 jenis obat-obatan untuk perawatan pasien covid-19. Tak tanggung-tanggung ada tiga jenis obat yang akan diproduksi oleh perusahaan farmasi plat merah tersebut.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik NEgara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, obat-obatan tersebut di antaranya antiviral, antibiotik dan juga anti inflamasi. Hal tersebut menyusul adanya pasokan bahan baku dari China yang diangkut oleh Garuda Indonesia.
Budi Gunadi Sadikin menambahkan, obat-obatan tersebut di antaranya antiviral, antibiotik dan juga anti inflamasi. Hal tersebut menyusul adanya pasokan bahan baku dari China yang diangkut oleh Garuda Indonesia.
“Untuk antiviral kita sudah memproduksi oseltamivir, memang kita sempat kesulitan bahan baku karena masih impor dari India dan Cina tapi kami sempat bekerjasama dengan Garuda mengirim pesawat charter membawa Oseltamivir sehingga obat itu sudah cukup diproduksi Kimia Farma dan Indofarma,” ujarnya.
Pemerintah saat ini terus mendatangkan berbagai alat kesehatan juga obat-obatan untuk menangani peningkatan pasien Covid-19. Salah satu obat yang akan didatangkan dari India yakni Oseltamivir. “Obat itu untuk Covid-19 sama seperti Chloroquine. Kita ambil untuk bahan baku 500.000 tablet. Kita beli dari India dan yang bikin Biofarma,” kata Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga.
Selain itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya masih harus melakukan impor bahan baku dari India dan China yang saat itu kondisinya sedang lockdown. “Kami sempat kesulitan bahan baku karena masih impor dari India dan Cina tapi kami sempat bekerjasama dengan Garuda mengirim pesawat charter membawa oseltamivir,” ujar Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin.(*/)
Sumber: klik di sini
Di Amerika Serikat, prinsipal farmasi seperti Abbott Laboratories dan Roche Holding AG berlomba mengadakan tes antibody untuk Covid-19. Tes antibodi produk Abbott Laboratories untuk virus corona baru (COVID-19) dikabarkan sangat manjur menentukan apakah seseorang pernah terinfeksi virus atau tidak, klaim perusahaan itu mengutip sebuah penelitian di AS.
Para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Washington menemukan bahwa alat tes Abbott memiliki tingkat spesifisitas 99,9% dan tingkat sensitivitas 100%, menunjukkan sangat sedikit peluang kesalahan mendiagnosis orang pernah terinfeksi corona atau tidak dan tidak ada peluang munculnya hasil negatif palsu. Tes antibodi dapat mengetahui apakah seseorang pernah terinfeksi dan ini dianggap penting dalam upaya untuk membuat setiap orang bisa kembali bekerja dengan aman karena keberadaan antibodi terhadap virus menunjukkan kemungkinan kekebalan terhadap infeksi di masa depan.
Tes Abbott diluncurkan bulan lalu di bawah pelonggaran aturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) untuk beberapa tes coronavirus, yang memungkinkan pendistribusian sebelum izin resmi sehingga menerima otorisasi penggunaan darurat dari FDA. Abbott telah mengirimkan lebih dari 10 juta tes antibodi ke rumah sakit dan laboratorium.
Di sisi lain, prinsipal farmasi Roche Holding AG mengatakan tes antibodinya memiliki tingkat spesifisitas lebih dari 99,8% dan tingkat sensitivitas 100%, dan mengharapkan peningkatan produksi untuk membuat lebih dari 100 juta tes sebulan pada akhir tahun. Tes Roche juga telah menerima otorisasi penggunaan darurat dari FDA.
Sementara itu, di Indonesia, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus berupaya memproduksi obat-obatan untuk perawatan pasien Corona atau Covid-19. Dua perusahaan farmasi milik negara ditugaskan untuk hal ini.
Hal ini sejalan dengan permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang farmasi memproduksi obat untuk mengatasi virus corona atau covid-19.
Menurut Jokowi, pemerintah sudah menyiapkan obat dari hasil riset dan pengalaman beberapa negara, agar bisa digunakan untuk mengobati COVID-19 yang sesuai dengan resep dokter. “Obat tersebut akan sampai kepada pasien yang membutuhkan melalui dokter keliling dari rumah ke rumah, melalui rumah sakit, dan puskesmas di kawasan yang terinfeksi. Saya sudah minta kepada BUMN farmasi yang memproduksi ini untuk memperbanyak produksinya,” kata Jokowi.
Menanggapi hal itu, perusahaan farmasi milik negara yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk bakal memproduksi 3 jenis obat-obatan untuk perawatan pasien covid-19. Tak tanggung-tanggung ada tiga jenis obat yang akan diproduksi oleh perusahaan farmasi plat merah tersebut.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik NEgara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, obat-obatan tersebut di antaranya antiviral, antibiotik dan juga anti inflamasi. Hal tersebut menyusul adanya pasokan bahan baku dari China yang diangkut oleh Garuda Indonesia.
Budi Gunadi Sadikin menambahkan, obat-obatan tersebut di antaranya antiviral, antibiotik dan juga anti inflamasi. Hal tersebut menyusul adanya pasokan bahan baku dari China yang diangkut oleh Garuda Indonesia.
“Untuk antiviral kita sudah memproduksi oseltamivir, memang kita sempat kesulitan bahan baku karena masih impor dari India dan Cina tapi kami sempat bekerjasama dengan Garuda mengirim pesawat charter membawa Oseltamivir sehingga obat itu sudah cukup diproduksi Kimia Farma dan Indofarma,” ujarnya.
Pemerintah saat ini terus mendatangkan berbagai alat kesehatan juga obat-obatan untuk menangani peningkatan pasien Covid-19. Salah satu obat yang akan didatangkan dari India yakni Oseltamivir. “Obat itu untuk Covid-19 sama seperti Chloroquine. Kita ambil untuk bahan baku 500.000 tablet. Kita beli dari India dan yang bikin Biofarma,” kata Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga.
Selain itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya masih harus melakukan impor bahan baku dari India dan China yang saat itu kondisinya sedang lockdown. “Kami sempat kesulitan bahan baku karena masih impor dari India dan Cina tapi kami sempat bekerjasama dengan Garuda mengirim pesawat charter membawa oseltamivir,” ujar Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin.(*/)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Komentar
Posting Komentar