Langsung ke konten utama

2020, Potensi Bisnis Perbaikan Pesawat Tembus Rp 26 Triliun

Potensi bisnis perbaikan, pemeliharaan, dan pemeriksaan (MRO) pesawat diperkirakan menembus angka Rp26 triliun di 2020. Potensi bisnis itu dihitung berdasarkan jumlah pesawat di Indonesia pada 2017 tercatat 1.030 unit dengan rata-rata pertumbuhan industri penerbangan sebesar 10 persen.

Di tengah pertumbuhan tersebut, bisnis perbaikan, pemeliharaan, dan pemeriksaan (MRO) pesawat baru bisa melayani 30-40 persen kebutuhan pasar nasional. Sisanya, dikuasai industri asing.

Karena itu, Pemerintah menggandeng Lion Air Group dan Garuda Indonesia Group dalam membangun pusat perawatan dan fasilitas pemeliharaan, perbaikan dan pemeriksaan pesawat (MRO) di Batam. Kerja sama tersebut ditandatangani di Batam, Selasa (14/8).

Selain itu, kerja sama juga dilakukan dalam membangun politeknik dan pabrik vulkanisir ban. Total nilai kerja sama tersebut mencapai US$466 juta atau setara Rp6,3 triliun. Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kerja sama dilakukan untuk menciptakan ekosistem industri penerbangan tanah air yang baik. Perbaikan tersebut diperlukan.

Pasalnya, berdasarkan laporan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Indonesia akan mengalami pertumbuhan pesat di bidang industri udara. Mereka memperkirakan jumlah penumpang udara akan mencapai 270 juta penumpang pada 2034 mendatang atau meningkat 300 persen dibandingkan 2014.

"Kerja sama pengembangan diperlukan untuk efisiensi industri penerbangan. Kami berharap industri penerbangan dalam negeri bisa lebih kompetitif dan tumbuh berkembang. Tentunya dengan tetap mampu menyediakan penerbangan nasional yang terjangkau," kata Darmin dalam pernyataan yang dikeluarkan di Jakarta, Rabu (14/8).

Lion Grup bekerja sama dengan Garuda Indonesia Group bersinergi mengembangkan industri aviasi melalui berbagai hal, mulai dari pembangunan hanggar bersama, penyiapan sumber daya manusia hingga pendirian pabrik ban pesawat. "Dua airlines bersatu membuat Indonesia lebih maju," kata Pendiri Lion Air Rusdy Kirana.

Salah satu pokok kerja sama adalah pembangunan hanggar bersama untuk perawatan dan perbaikan pesawat. Menurut dia, biaya perawatan pesawat adalah elemen terbesar kedua setelah bahan bakar. "Itu yang menyebabkan kami berusaha agar perawatan dan perbaikan bisa dilakukan di dalam negeri," kata dia.

Lion Air sadar, dalam pengembangan perawatan pihaknya tidak bisa sendiri, melainkan harus bekerja sama, karenanya Lion menggandeng Garuda Indonesia.

Dengan membangun perawatan dan perbaikan pesawat di dalam negeri, maka dapat menghemat devisa negara, membuka lapangan pekerjaan sekaligus alih teknologi. "Kami berharap penggunaan devisa semakin berkurang. Meningatkan devisa karena MRO akan melayani pesawat asing," kata dia.

Direktur Utama Garuda Indonesia Group I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra akan mengirimkan sekitar 100 orang tenaga ahli untuk memperkuat hanggar di Batam. "Dan menyerap 3.000 tenaga kerja yang nanti dari Batam dan Kepri," kata dia.

Selain pengembangan hanggar, Lion Grup dan Garuda Group juga akan mengembangkan ban pesawat untuk memasok kebutuhan dalam negeri, bekerja sama dengan Michellin. Pabrikan ban pesawat rencananya dibangun di sekitar Tangerang dan Medan, agar dekat dengan perkebunan karet.(*/)

Sumber: klik di sini

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Annual report

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 169 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:
  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 169 database, klik di sini
  • Butuh 22 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc

Data Perkembangan Jumlah UKM dan Sebaran Per Provinsi

Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dirilis pada pertengahan Juli 2018 menampilkan data komprehensif, serta tren pertumbuhan jumlah dan sebaran industri kecil (usaha kecil menengah dan mikro/UMKM) di Indonesia. Pembahasan dilakukan secara detail mulai dari   tren pertumbuhan   jumlah, porsi terhadap ekonomi, komparasi dengan kondisi di negara tetangga, serta tren produksi dan ekspor industri kecil di Indonesia. Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2 dan 3). Dilanjutkan dengan   outlook dan prospek bisnis   2018 mengacu pada target pertumbuhan ekonomi pemerintah di 2018 di halaman 4. Kontribusi UMKM terhadap industri nasional di Indonesia dikomparasi dengan kondisi di sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam, dan Bra

50% dari Pemimpin Pasar Consumer Goods Dipegang Merk Lokal

Merek lokal berhasil membangun kehadiran yang lebih kuat dalam persaingan industri barang konsumen (consumer goods), ketika  50% dari 10 merek pemimpin pasar  teratas berasal dari produsen lokal. Meski demikian, ke depan diperkirakan persaingan makin ketat sehingga pemimpin pasar harus lebih kreatif untuk memasarkannya agar tetap menempati peringkat sepuluh besar. Hal itu terungkap dalam hasil Survei Kantar tahun 2019. “ Hasil survei  mewakili 85% dari total rumah tangga kota-kota besar di Indonesia,” kata Marketing Director Kantar, Fanny Muharyati, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/6). Fanny menjelaskan  survei brand “footprint”  merupakan studi tahunan Kantar untuk  mengukur merek  apa saja yang paling sering dibeli konsumen, sehingga menjadi pemimpin pasar. “Studi ini meliputi jumlah pembelian (penetrasi pasar) dan berapa sering produk dibeli. Produk yang disurvei meliputi sektor fast ‘moving consumer goods’ seperti makanan, minuman, perawatan rumah, produk keseh