Dana pihak ketiga (DPK) hingga saat ini masih menjadi ‘urat nadi’ utama bagi perbankan di Indonesia. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), DPK yang ditopang deposito menjadi sumber utama pendanaan bank dengan persentase yang dominan yakni 88,42% dari dana perbankan.
Laporan profil industri perbankan triwulan III 2019 yang dirilis OJK menyebutkan, DPK bank umum konvensional tumbuh 7,52% (yoy) meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,53% (yoy).
Pertumbuhan DPK didorong oleh pertumbuhan deposito yang tumbuh 7,95% (yoy), meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 3,24% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan giro dan tabungan justru tercatat melambat masing-masing tumbuh 8,53% (yoy) dan 6,14% (yoy).
Hal yang menarik, berdasarkan tiering, pertumbuhan DPK utamanya ditopang oleh pertumbuhan deposito nominal lebih besar dari Rp 2 miliar. Jumlah deposito dengan nominal di atas Rp 2 miliar mencapai 31,46% dari total DPK bank umum konvensional. Angka itu tumbuh sangat fantastis, dengan pertumbuhan mencapai 11,47% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,63% (yoy). Atau dengan kata lain, deposito di atas Rp 2 miliar tumbuh melampaui tiga kali lipat.
Hal ini menandakan, di tengah perlambatan ekonomi global yang menjalar ke ekonomi nasional, masyarakat Indonesia cenderung ‘bermain aman’ dengan menempatkan dananya di deposito, menurut analisis tim Duniaindustri.com. Ketidakpastian ekonomi global dan perlambatan ekonomi nasional mempengaruhi tingkat kepercayaan bisnis di tengah masyarakat, sehingga lebih memilih menempatkan dananya di instrument stabil seperti deposito, daripada harus memutarnya di sektor riil.
Penghimpunan DPK, lanjut laporan OJK, masih terpusat di lima provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara dengan porsi 77,33%. Porsi terbesar berada di DKI Jakarta (50,00%) diikuti Jawa Timur (9,94%) dan Jawa Barat (8,07%). Besarnya penghimpunan DPK di wilayah Jawa sejalan dengan kegiatan bisnis dan perputaran uang yang masih terpusat di Pulau Jawa.
Sebagian besar (68,15%) dana perbankan disalurkan dalam bentuk kredit kepada pihak ketiga bukan bank diikuti penempatan dalam bentuk surat berharga (12,58%) dan penempatan pada Bank Indonesia (8,50%). Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan DPK, bank juga meningkatkan penempatan dana pada surat berharga untuk menambah keuntungan sejalan dengan peningkatan nilai wajar surat berharga yang juga meningkat dari tahun sebelumnya 11,25% (yoy), sedangkan kredit valas terkontraksi 1,23% (yoy), jauh melambat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 22,61% (yoy).
Penempatan dana bank pada surat berharga tercatat tumbuh 3,16% (yoy), meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 0,01% (yoy). Penempatan dana pada Bank Indonesia juga tumbuh meningkat 8,69% (yoy) setelah sebelumnya terkontraksi -3,62% (yoy). Hal ini menyiratkan bahwa perbankan juga ‘bermain aman’ atau prudent dalam menjaga pertumbuhan, di tengah perlambatan ekonomi nasional.(*)
Sumber: klik di sini
Laporan profil industri perbankan triwulan III 2019 yang dirilis OJK menyebutkan, DPK bank umum konvensional tumbuh 7,52% (yoy) meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,53% (yoy).
Pertumbuhan DPK didorong oleh pertumbuhan deposito yang tumbuh 7,95% (yoy), meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 3,24% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan giro dan tabungan justru tercatat melambat masing-masing tumbuh 8,53% (yoy) dan 6,14% (yoy).
Hal yang menarik, berdasarkan tiering, pertumbuhan DPK utamanya ditopang oleh pertumbuhan deposito nominal lebih besar dari Rp 2 miliar. Jumlah deposito dengan nominal di atas Rp 2 miliar mencapai 31,46% dari total DPK bank umum konvensional. Angka itu tumbuh sangat fantastis, dengan pertumbuhan mencapai 11,47% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,63% (yoy). Atau dengan kata lain, deposito di atas Rp 2 miliar tumbuh melampaui tiga kali lipat.
Hal ini menandakan, di tengah perlambatan ekonomi global yang menjalar ke ekonomi nasional, masyarakat Indonesia cenderung ‘bermain aman’ dengan menempatkan dananya di deposito, menurut analisis tim Duniaindustri.com. Ketidakpastian ekonomi global dan perlambatan ekonomi nasional mempengaruhi tingkat kepercayaan bisnis di tengah masyarakat, sehingga lebih memilih menempatkan dananya di instrument stabil seperti deposito, daripada harus memutarnya di sektor riil.
Penghimpunan DPK, lanjut laporan OJK, masih terpusat di lima provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara dengan porsi 77,33%. Porsi terbesar berada di DKI Jakarta (50,00%) diikuti Jawa Timur (9,94%) dan Jawa Barat (8,07%). Besarnya penghimpunan DPK di wilayah Jawa sejalan dengan kegiatan bisnis dan perputaran uang yang masih terpusat di Pulau Jawa.
Sebagian besar (68,15%) dana perbankan disalurkan dalam bentuk kredit kepada pihak ketiga bukan bank diikuti penempatan dalam bentuk surat berharga (12,58%) dan penempatan pada Bank Indonesia (8,50%). Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan DPK, bank juga meningkatkan penempatan dana pada surat berharga untuk menambah keuntungan sejalan dengan peningkatan nilai wajar surat berharga yang juga meningkat dari tahun sebelumnya 11,25% (yoy), sedangkan kredit valas terkontraksi 1,23% (yoy), jauh melambat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 22,61% (yoy).
Penempatan dana bank pada surat berharga tercatat tumbuh 3,16% (yoy), meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 0,01% (yoy). Penempatan dana pada Bank Indonesia juga tumbuh meningkat 8,69% (yoy) setelah sebelumnya terkontraksi -3,62% (yoy). Hal ini menyiratkan bahwa perbankan juga ‘bermain aman’ atau prudent dalam menjaga pertumbuhan, di tengah perlambatan ekonomi nasional.(*)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 179 database, klik di sini
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Annual report
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 179 database, klik di sini
- Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
Komentar
Posting Komentar