Langsung ke konten utama

Tren Permintaan Fast Moving Consumer Goods Maret 2018

Pertumbuhan penjualan industri fast moving consumer goods (FMCG) dinilai rentan dibatasi tantangan pelemahan permintaan sepanjang tahun lalu. Hal itu tercermin dari rendahnya pertumbuhan penjualan market leader industri mi instan seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang tercatat 5,3% pada 2017 menjadi Rp 70,19 triliun dari 2016 sebesar Rp 66,66 triliun.

“Di tengah kondisi ekonomi makro yang stabil, pada 2017 merupakan tahun penuh tantangan bagi industri fast moving consumer goods (FMCG) karena melemahnya tingkat permintaan,” ujar Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Anthoni Salim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (20/3).

Meski demikian, lanjut dia, Indofood berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja operasional. “Kami berharap ekonomi dalam negeri pada 2018 akan lebih baik, dan kami akan terus mengembangkan diri secara dinamis guna hadapi tantangan ke depannya,” jelas dia.

Indofood Sukses Makmur mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik tipis 0,6 persen. Perseroan meraup laba bersih Rp 4,17 triliun pada 2017 dari periode 2016 sebesar Rp 4,14 triliun.

Marjin laba bersih perseroan turun menjadi 5,9 persen dari sebelumnya 6,2 persen. Hal ini didorong tidak adanya laba tahun berjalan dari operasi yang dihentikan.

Sepanjang 2017, penjualan Indofood hanya naik 5,3 persen menjadi Rp 70,19 triliun pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 66,66 triliun. Kontribusi penjualan tersebut antara lain dari kelompok usaha strategis produksi konsumen bermerek, bogasari, agribisnis dan distribusi masing-masing memberikan kontribusi sekitar 50 persen, 22 persen, 20 persen dan delapan persen.

Beban pokok penjualan naik 6,33 persen menjadi Rp 50,31 triliun pada 2017 dibandingkan 2016 sebesar Rp 47,32 triliun. Kenaikan beban pokok penjualan yang melampaui pertumbuhan penjualan menekan laba kotor perseroan. Dampaknya, laba kotor perseroan hanya naik 2,74 persen menjadi Rp 19,86 triliun.

Laba usaha naik 5,6 persen menjadi Rp 8,75 triliun pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,29 triliun. Margin laba usaha relatif stabil di kisaran 12,5 persen.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk mencatatkan kenaikan penghasilan operasi lain dari Rp 642,36 miliar pada 2016 menjadi Rp 888,86 miliar pada 2017. Beban keuangan turun menjadi Rp 1,48 triliun pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,57 triliun.

Sementara itu, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), anak usaha Indofood Sukses Makmur, membukukan kinerja positif pada 2017. Ini didorong pertumbuhan laba dan penjualan sepanjang 2017.

Indofood CBP membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 5,4% menjadi Rp 3,8 triliun pada 2017. Margin laba bersih sedikit membaik dari 10,5 persen menjadi 10,7 persen.

Sepanjang 2017, penjualan bersih Indofood CBP hanya naik 3,6 persen menjadi Rp 35,61 triliun pada 2017 dari periode 2016 sebesar Rp 34,38 triliun. Kontribusi penjualan antara lain dari divisi mi instan memberikan kontribusi sekitar 64 persen dari penjualan bersih perseroan. Diikuti divisi dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi, dan makanan khusus serta minuman masing-masing beri kontribusi sekitar 20 persen, tujuh persen, dua persen, dua persen, dan lima persen.(*)

Sumber: klik di sini

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 151 database, klik di sini
** Butuh 19 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
*** Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
**** Butuh copywriter specialist, klik di sini
***** Butuh content provider, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc

Data Perkembangan Jumlah UKM dan Sebaran Per Provinsi

Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dirilis pada pertengahan Juli 2018 menampilkan data komprehensif, serta tren pertumbuhan jumlah dan sebaran industri kecil (usaha kecil menengah dan mikro/UMKM) di Indonesia. Pembahasan dilakukan secara detail mulai dari   tren pertumbuhan   jumlah, porsi terhadap ekonomi, komparasi dengan kondisi di negara tetangga, serta tren produksi dan ekspor industri kecil di Indonesia. Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2 dan 3). Dilanjutkan dengan   outlook dan prospek bisnis   2018 mengacu pada target pertumbuhan ekonomi pemerintah di 2018 di halaman 4. Kontribusi UMKM terhadap industri nasional di Indonesia dikomparasi dengan kondisi di sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam, dan Bra

50% dari Pemimpin Pasar Consumer Goods Dipegang Merk Lokal

Merek lokal berhasil membangun kehadiran yang lebih kuat dalam persaingan industri barang konsumen (consumer goods), ketika  50% dari 10 merek pemimpin pasar  teratas berasal dari produsen lokal. Meski demikian, ke depan diperkirakan persaingan makin ketat sehingga pemimpin pasar harus lebih kreatif untuk memasarkannya agar tetap menempati peringkat sepuluh besar. Hal itu terungkap dalam hasil Survei Kantar tahun 2019. “ Hasil survei  mewakili 85% dari total rumah tangga kota-kota besar di Indonesia,” kata Marketing Director Kantar, Fanny Muharyati, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/6). Fanny menjelaskan  survei brand “footprint”  merupakan studi tahunan Kantar untuk  mengukur merek  apa saja yang paling sering dibeli konsumen, sehingga menjadi pemimpin pasar. “Studi ini meliputi jumlah pembelian (penetrasi pasar) dan berapa sering produk dibeli. Produk yang disurvei meliputi sektor fast ‘moving consumer goods’ seperti makanan, minuman, perawatan rumah, produk keseh