Langsung ke konten utama

Pasar Industri Nutrisi, Suplemen Kesehatan, dan Vitamin Diestimasi Rp 23,8 Triliun

Pasar industri nutrisi, suplemen kesehatan, dan vitamin di Indonesia diprediksi mencapai Rp 23 triliun, menurut data penelusuran duniaindustri.com. Nilai pasar tersebut mencakup nutrisi berupa susu bubuk, suplemen kesehatan (diet dan olahraga), serta vitamin kesehatan.

Nilai pasar untuk industri nutrisi berupa susu bubuk di Indonesia mencapai Rp 19,8 triliun pada 2013, menurut data AC Nielsen. Sementara pasar nutrisi olahraga dan kesehatan (sports nutrition) di Indonesia pada 2013 diperkirakan US$ 37 juta, naik secara gradual dari US$ 18 juta pada 2008, menurut data Euromonitor International. Dan pasar suplemen diet dan berat badan (weight management) diperkirakan mencapai US$ 270 juta pada 2013, naik secara gradual dari US$ 100 juta pada 2008.

Indonesia menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk vitamin E dan vitamin C dengan pertumbuhan rata-rata per tahun masing-masing 17% periode 2008-2013. Untuk vitamin C, tingginya tingkat polusi di kota-kota besar di Indonesia serta cuaca ekstrem membuat permintaan vitamin C melonjak tajam. Banyak konsumen yang meminum suplemen vitamin C untuk mencegah flu, batuk, dan radang tenggorokan. Sementara pertumbuhan vitamin E ditopang promosi luar biasa dari sejumlah merek yang mengusung suplemen kesehatan vitamin E, seperti Natur-E.

Untuk menangkap peluang pasar dengan pertumbuhan yang tinggi, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), emiten farmasi, nutrisi, dan makanan-minuman kesehatan, menggandeng perusahaan nutrisi ternama asal Australia, Blackmores International Pte Ltd, sebagai mitra strategis dengan mendirikan perusahaan patungan (join venture/JV) bernama PT Kalbe Blackmores Nutrition. Perseroan bakal merilis produk nutrisi meliputi vitamin dan suplemen premium pada semester II 2015.

Presiden Direktur Kalbe Farma Irawati Setiady mengatakan, pada tahap awal Kalbe Blackmores Nutrition bakal meluncurkan 23 produk. Perseroan bakal mengembangkan produk baru pada tahun-tahun selanjutnya. “Untuk tahap awal, kami akan impor dulu dari Blackmores Australia. Kami harapkan bisa menyumbangkan penjualan Rp 100 miliar di tahun pertama,” jelas Irawati.
Setelah meluncurkan 23 produk, Kalbe Farma berencana membangun pabrik nutrisi dan vitamin di Jabodetabek pada 2016. “Investasi awal kami alokasikan US$ 8 juta – US$ 10 juta, termasuk pembangunan pabrik,” ujar dia.

Pembentukan perusahaan patungan ini dilakukan melalui anak usaha Kalbe Farma, PT Sanghiang Perkasa. Kalbe Farma dan Blackmores International sama-sama memegang 50% saham di perusahaan patungan tersebut.

CEO Blackmores International Christine Holgate mengatakan, dirinya optimistis dapat menguasai pasar produk nutrisi di Indonesia mengingat produk yang ditawarkan merupakan produk herbal berkualitas tinggi.

Christine menambahkan, Blackmores telah lebih dulu menjadi market leader di Malaysia, Thailand, dan Singapura. “Kami optimistis bisa menjadi market leader, untuk tahap awal kami targetkan bisa menguasai 25% market share di Indonesia,” papar dia.

Duniaindustri.com menilai langkah Kalbe Farma memperbesar penetrasi di divisi nutrisi dan vitamin juga disebabkan karena adanya perlambatan pertumbuhan penjualan di divisi obat resep. Hingga kuartal III 2015, penjualan obat resep Kalbe Farma hanya tumbuh 0,2% menjadi Rp 3.207 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3.201 miliar.

Manajemen Kalbe Farma menilai perlambatan sementara penjualan obat resep itu disebabkan persaingan harga semakin ketat setelah pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Selain itu, dampak penarikan produk pada 2015.

Penjualan obat resep berkontribusi 24% terhadap total pendapatan Kalbe Farma per September 2015 sebesar Rp 13,12 triliun. Sementara divisi nutrisi menyumbang 28%, produk kesehatan 18%, dan divisi distribusi 30%. Dengan penetrasi lebih besar di segmen nutrisi dan produk kesehatan, strategi itu diharapkan mengkompensasi perlambatan penjualan di divisi obat resep.(*)

Sumber: di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Database Lengkap Industri Perikanan, Hasil Laut, dan Olahannya

Data Komprehensif Industri Perikanan dan Hasil Laut 2012-2017 (Tren Konsumsi Ikan & Peluang Pasar) ini dirilis pada minggu pertama Februari 2018 menampilkan data komprehensif, tren perkembangan, infografis menarik , terkait industri perikanan dan hasil laut (rumput laut, ikan surimi, udang, tuna tongkol cakalang, kepiting & rajungan, cumi & gurita). Diperkuat dengan tren produksi, sebaran lokasi, serta nama produsen, data komprehensif ini diharapkan dapat memperkaya database persaingan pasar guna menentukan arah strategi bisnis ke depan. Data Komprehensif Industri Perikanan dan Hasil Laut 2012-2017 (Tren Konsumsi Ikan & Peluang Pasar) ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2-4). Dengan dukungan jumlah penduduk yang besar, pasar industri perikanan dan hasil laut cukup prospektif dan atraktif baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Pada halaman 5, ditampilkan tabel tren perkembangan konsumsi

Tren Nilai Pasar Industri Detergent di Indonesia

Nilai pasar (market size) industri deterjen di Indonesia diestimasi tumbuh 3,5% menjadi Rp 10,11 triliun pada 2016 dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 9,77 triliun, menurut riset duniaindustri.com . Momentum perbaikan perekonomian Indonesia dan daya beli konsumen akan menopang pertumbuhan market size industri deterjen tahun ini. Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan market size industri deterjen cukup fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2014 sebesar 6% menjadi Rp 9,54 triliun. Namun, perlambatan perekonomian nasional, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta kejatuhan harga komoditas dunia ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan industri deterjen pada 2015. Tahun lalu, market size industri deterjen diperkirakan tumbuh melambat menjadi 2,5%. Tiga raksasa consumer goods di Indonesia, yakni Wings Group, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Kao Indonesia, makin ketat bersaing di pasar deterjen di indonesia. Berdasarkan penelusur

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc