Perusahaan Gas Negara (PGAS) berdiri pada 1965. Bisnis utama Perusahaan adalah distribusi dan transmisi gas bumi ke pelanggan industri, komersial, dan rumah tangga. Perusahaan Gas Negara menghasilkan pendapatan sebesar US$ 2,138 miliar per kuartal III 2015, turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$ 2,395 miliar.
Beban pokok penjualan justru naik dari US$ 1,427 miliar menjadi US$ 1,435 miliar. Naiknya beban pokok penjualan ini menyebabkan laba kotor perseroan turun menjadi US$ 702,89 juta per kuartal III 2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 967,82 juta.
Laba usaha juga turun dari US$ 701,10 juta menjadi US$ 422,43 juta per kuartal III-2015. EBITDA juga tergerus menjadi hanya US$ 614,34 juta per kuartal III-2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 863,13 juta.
Akhirnya laba bersih perseroan anjlok sebesar 48% dalam sembilan bulan pertama tahun 2015. Per kuartal III-2015, laba bersih Perusahaan Gas Negara tercatat US$ 306,32 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 591,80 juta.
GAS DISTRIBUTION INDUSTRY OUTLOOK
Gas bumi diproyeksi akan menjadi sumber energi paling penting di masa depan. Gas bumi dimanfaatkan sebagai bahan bakar serta bahan baku pupuk dan petrokimia. Saat ini, gas bumi dianggap sebagai energi alternatif yang memiliki posisi strategis dalam menurunkan emisi karbondioksida dan pemanasan global.
Gas bumi diproyeksi akan menjadi sumber energi paling penting di masa depan. Gas bumi dimanfaatkan sebagai bahan bakar serta bahan baku pupuk dan petrokimia. Saat ini, gas bumi dianggap sebagai energi alternatif yang memiliki posisi strategis dalam menurunkan emisi karbondioksida dan pemanasan global.
Menurut Euro Gas, konsumsi gas di Eropa akan meningkat dari 438 mtoe (million tonnes of oil equivalent) di tahun 2005 menjadi 625 mtoe di tahun 2030, atau naik 43%. Peningkatan konsumsi terbesar datang dari sektor pembangkit listrik.
Namun, ketika konsumsi gas di Eropa meningkat 43%, produksi oleh negara Eropa akan terus menurun sebagai akibat semakin berkurangnya cadangan. Hal ini membuat negara di Eropa harus melakukan impor gas dari negara lain.
Selengkapnya baca di sini
Komentar
Posting Komentar