Pelemahan rupiah dalam dua bulan terakhir yang melampaui depresiasi pada era krisis moneter 1998 terus menjadi sorotan publik. Pada Senin (15/10) pagi, pergerakan kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta kembali melemah sebesar 34 poin menjadi Rp 15.224 per dolar Amerika Serikat (AS), dibandingkan posisi sebelumnya Rp 15.195/US$.
Secara year to date (ytd), rupiah telah melemah sebesar 14,63% dari posisi awal tahun di level Rp 13.281/US$. Meski demikian, gejolak depresiasi rupiah itu dinilai relatif terbatas ke depan, seiring penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan pergerakan dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang dunia seiring masih terbukanya potensi bagi The Fed untuk menaikkan suku bunganya. "Beberapa kalangan analis menilai the Fed masih terbuka untuk kenaikan suku bunga pada akhir tahun," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas di tengah penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat. "Situasi itu diharapkan dapat mengurangi tekanan pada rupiah dan terbuka peluang untuk berbalik naik," katanya.
Selain itu, lanjut dia, sejumlah sentimen positif terutama dari penilaian lembaga asing dan sejumlah negara terhadap kemampuan Indonesia menghadapi krisis perang dagang juga diharapkan dapat memperkuat laju fluktuasi rupiah.
Di sisi lain, depresiasi rupiah yang makin menghangat dalam dua bulan terakhir ini setidaknya mempengaruhi sedikitnya 6 sektor industri, antara lain elektronik, farmasi, otomotif, tepung terigu, makanan, serta material konstruksi. Keenam sektor industri ini, berdasarkan pemantauan Duniaindustri.com, cenderung meneruskan beban kenaikan kurs ke harga jual. Hal ini karena komponen impor dari bahan baku yang cukup tinggi sekaligus untuk mempertahankan keberlangsungan usaha.
Strategi kenaikan harga jual dilakukan secara bertahap sembari mengukur penyesuaian terhadap daya serap konsumen. Di industri elektronik, komponen impor masih cukup tinggi sekitar 69% sehingga berpengaruh signifikan ketika kurs mengalami depresiasi. Hal itu membuat perusahaan elektronik seperti Panasonic terpaksa menaikkan harga jual sekitar 6%. Associates Director PT Panasonic Manufacturing Indonesia, Daniel Suhardiman, mengatakan kenaikan harga jual di tengah kondisi nilai tukar rupiah ini merupakan hal yang wajar dilakukan oleh pemain eletronik.
Sedangkan di sektor farmasi, salah satu market leader yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menaikkan harga jual sekitar 4% untuk lini produk nutrisi dan kesehatan. Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menjelaskan kenaikan harga akan dilakukan secara bertahap dalam tiga bulan ke depan.
Kebijakan tersebut diterapkan untuk menjaga margin keuntungan perseroan. Selain menaikkan harga jual, Kalbe Farma juga meningkatkan upaya product mix untuk kategori yang masih memiliki margin baik. Kemudian, perseroan melakukan efisiensi internal dalam rantai pasok dan peningkatan produktivitas.
Sementara dari sektor industri otomotif, market leader Toyota diketahui menaikkan harga jual sejumlah produk, meski tidak memerincinya apakah kenaikan harga jual tersebut terkait dengan pelemahan rupiah.
Di sektor tepung terigu, depresiasi kurs mata uang garuda terhadap dolar AS benar-benar memberikan dampak signifikan. Kenaikan harga tepung terigu terpengaruh harga gandum di pasar dunia, mengingat Indonesia masih mengimpor gandum. Apalagi, saat ini pasokan gandum menipis dan mendorong kenaikan harga gandum hingga 20%. Dampaknya, harga tepung terigu mengalami kenaikan hingga 10%.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang mengatakan pada dasarnya konsumsi tepung terigu di semester I mengalami kenaikan. Namun, di semester II angka tersebut tidak dapat diprediksi karena kenaikan harga.
Senada dengan produsen tepung terigu, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) juga memperkirakan pengusaha makanan dan minuman akan menaikkan harga jual produk sekitar 3%-5% imbas nilai tukar rupiah yang kian terpuruk.
Ketua Umum GAPMMI Adhi S. Lukman mengatakan proyeksi kenaikan harga ini merujuk pada penurunan margin keuntungan yang terpaksa ditanggung pengusaha sejak rupiah melemah hingga melewati level Rp14.900 per dolar AS, dari kisaran Rp13.400 per dolar AS awal tahun ini.
Menurut dia, industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor produksi yang banyak menggunakan bahan baku impor. Sedangkan pelemahan rupiah saat ini otomatis membuat biaya penyediaan bahan baku mereka meroket, sehingga selisih biaya produksi dengan keuntungan yang didapat kian menipis.
Dari daerah, juga dikabarkan bahwa harga produk material konstruksi seperti aspal mulai meningkat harganya seiring depresiasi kurs. Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Lampung, Arie Nanda Djausal, menjelaskan fluktuasi nilai rupiah terhadap dollar membuat keberlangsungan usaha turut menjadi tidak stabil dan cenderung mengalami kerugian, karena ongkos produksi yang turut melonjak.
Kondisi itu memaksa berbagai sektor bisnis menaikkan harga sejak sebulan lalu, seperti pada kontruksi jalan yang meningkatkan harga hotmix hingga 40%. Itu karena harga aspal naik hampir 60%.
Dia melanjutkan, ketidakpastian kondisi ekonomi itu secara berangsur akan terus naik jika harga material, bahan baku kontruksi, dan suku cadang terus meningkat. Namun, dia mengaku tidak dapat memprediksi kondisi kedepannya, tetapi secara pasti pihak importir aspal menilai harga kedepan masih cukup tinggi.
"Jadi harga kemungkinan masih akan naik terus, seperti aspal, baja, berbagai item lainnya untuk hotmix. Kalau kami tidak naikkan ya rugi, siapa yang mau menanggung rugi kami. Sekarang saja proyek kami banyak rugi dari sebagian hampir perjalanan proyek itu rugi," ujarnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03/Safaruddin)
Sumber: klik di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 161 database, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Secara year to date (ytd), rupiah telah melemah sebesar 14,63% dari posisi awal tahun di level Rp 13.281/US$. Meski demikian, gejolak depresiasi rupiah itu dinilai relatif terbatas ke depan, seiring penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan pergerakan dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang dunia seiring masih terbukanya potensi bagi The Fed untuk menaikkan suku bunganya. "Beberapa kalangan analis menilai the Fed masih terbuka untuk kenaikan suku bunga pada akhir tahun," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas di tengah penurunan imbal hasil obligasi Amerika Serikat. "Situasi itu diharapkan dapat mengurangi tekanan pada rupiah dan terbuka peluang untuk berbalik naik," katanya.
Selain itu, lanjut dia, sejumlah sentimen positif terutama dari penilaian lembaga asing dan sejumlah negara terhadap kemampuan Indonesia menghadapi krisis perang dagang juga diharapkan dapat memperkuat laju fluktuasi rupiah.
Di sisi lain, depresiasi rupiah yang makin menghangat dalam dua bulan terakhir ini setidaknya mempengaruhi sedikitnya 6 sektor industri, antara lain elektronik, farmasi, otomotif, tepung terigu, makanan, serta material konstruksi. Keenam sektor industri ini, berdasarkan pemantauan Duniaindustri.com, cenderung meneruskan beban kenaikan kurs ke harga jual. Hal ini karena komponen impor dari bahan baku yang cukup tinggi sekaligus untuk mempertahankan keberlangsungan usaha.
Strategi kenaikan harga jual dilakukan secara bertahap sembari mengukur penyesuaian terhadap daya serap konsumen. Di industri elektronik, komponen impor masih cukup tinggi sekitar 69% sehingga berpengaruh signifikan ketika kurs mengalami depresiasi. Hal itu membuat perusahaan elektronik seperti Panasonic terpaksa menaikkan harga jual sekitar 6%. Associates Director PT Panasonic Manufacturing Indonesia, Daniel Suhardiman, mengatakan kenaikan harga jual di tengah kondisi nilai tukar rupiah ini merupakan hal yang wajar dilakukan oleh pemain eletronik.
Sedangkan di sektor farmasi, salah satu market leader yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menaikkan harga jual sekitar 4% untuk lini produk nutrisi dan kesehatan. Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menjelaskan kenaikan harga akan dilakukan secara bertahap dalam tiga bulan ke depan.
Kebijakan tersebut diterapkan untuk menjaga margin keuntungan perseroan. Selain menaikkan harga jual, Kalbe Farma juga meningkatkan upaya product mix untuk kategori yang masih memiliki margin baik. Kemudian, perseroan melakukan efisiensi internal dalam rantai pasok dan peningkatan produktivitas.
Sementara dari sektor industri otomotif, market leader Toyota diketahui menaikkan harga jual sejumlah produk, meski tidak memerincinya apakah kenaikan harga jual tersebut terkait dengan pelemahan rupiah.
Di sektor tepung terigu, depresiasi kurs mata uang garuda terhadap dolar AS benar-benar memberikan dampak signifikan. Kenaikan harga tepung terigu terpengaruh harga gandum di pasar dunia, mengingat Indonesia masih mengimpor gandum. Apalagi, saat ini pasokan gandum menipis dan mendorong kenaikan harga gandum hingga 20%. Dampaknya, harga tepung terigu mengalami kenaikan hingga 10%.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang mengatakan pada dasarnya konsumsi tepung terigu di semester I mengalami kenaikan. Namun, di semester II angka tersebut tidak dapat diprediksi karena kenaikan harga.
Senada dengan produsen tepung terigu, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) juga memperkirakan pengusaha makanan dan minuman akan menaikkan harga jual produk sekitar 3%-5% imbas nilai tukar rupiah yang kian terpuruk.
Ketua Umum GAPMMI Adhi S. Lukman mengatakan proyeksi kenaikan harga ini merujuk pada penurunan margin keuntungan yang terpaksa ditanggung pengusaha sejak rupiah melemah hingga melewati level Rp14.900 per dolar AS, dari kisaran Rp13.400 per dolar AS awal tahun ini.
Menurut dia, industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor produksi yang banyak menggunakan bahan baku impor. Sedangkan pelemahan rupiah saat ini otomatis membuat biaya penyediaan bahan baku mereka meroket, sehingga selisih biaya produksi dengan keuntungan yang didapat kian menipis.
Dari daerah, juga dikabarkan bahwa harga produk material konstruksi seperti aspal mulai meningkat harganya seiring depresiasi kurs. Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Lampung, Arie Nanda Djausal, menjelaskan fluktuasi nilai rupiah terhadap dollar membuat keberlangsungan usaha turut menjadi tidak stabil dan cenderung mengalami kerugian, karena ongkos produksi yang turut melonjak.
Kondisi itu memaksa berbagai sektor bisnis menaikkan harga sejak sebulan lalu, seperti pada kontruksi jalan yang meningkatkan harga hotmix hingga 40%. Itu karena harga aspal naik hampir 60%.
Dia melanjutkan, ketidakpastian kondisi ekonomi itu secara berangsur akan terus naik jika harga material, bahan baku kontruksi, dan suku cadang terus meningkat. Namun, dia mengaku tidak dapat memprediksi kondisi kedepannya, tetapi secara pasti pihak importir aspal menilai harga kedepan masih cukup tinggi.
"Jadi harga kemungkinan masih akan naik terus, seperti aspal, baja, berbagai item lainnya untuk hotmix. Kalau kami tidak naikkan ya rugi, siapa yang mau menanggung rugi kami. Sekarang saja proyek kami banyak rugi dari sebagian hampir perjalanan proyek itu rugi," ujarnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03/Safaruddin)
Sumber: klik di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 161 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 161 database, klik di sini
- Butuh 22 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
Komentar
Posting Komentar