Langsung ke konten utama

Peta Persaingan Pasar Oli Motor Makin Ketat

EXXONMOBIL AKUISISI FEDERAL KARYATAMA US$ 436 JUTA

Duniaindustri.com (Juni 2018) – Raksasa-raksasa minyak dan gas (migas) akan bertarung menguasai pasar oli pelumas motor di Indonesia, seiring strategi bisnis ExxonMobil mengakuisisi 100% saham PT Federal Karyatama, produsen oli merek Federal Oil. Dengan akuisisi itu, ExxonMobil yang semula hanya bermain di oli pelumas mobil, sekarang meramaikan pasar oli pelumas motor, sekaligus menyangi PT Pertamina Lubricants dan Shell.

Ketiga raksasa migas yakni ExxonMobil, Pertamina, dan Shell diprediksi terlibat pertarungan sengit memperebutkan pangsa pasar oli pelumas motor di Indonesia, menurut analisis tim Duniaindustri.com. Dengan mengakuisisi Federal Oil, otomatis ExxonMobil menjadi salah satu market leader oli pelumas motor di Indonesia, selain Pertamina dan Shell.

ExxonMobil UK Limited dan Esso Petroleum Company Limited telah menandatangani kesepakatan pembelian saham (share purchase agreement/SPA) berupa 423.599 saham atau 100% saham PT Federal Karyatama senilai US$ 436 juta dari PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) dan PT Mitra Pinasthika Mulia pada 18 April 2018. “Mitra Pinasthika Mustika menjual 423.590 saham kepada Esso dan 9 saham kepada ExxonMobil, sedangkan Mulia menjual 1 saham kepada ExxonMobil,” ujar Rudy Halim, Direktur Utama Mitra Pinasthika Mustika dalam keterbukaan informasi.

Menurut dia, transaksi tersebut dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa penjualan saham Federal Karyatama merupakan kesempatan yang baik untuk dapat memberikan hasil investasi yang optimal. Rencana transaksi tersebut juga menjadi langkah berikutnya dari transformasi grup perseroan ke bisnis model yang lebih berfokus ke mata rantai dan bersifat platform dengan aset yang ringan. Grup Mitra Pinasthika Mustika akan terus menjadi rekan bisnis Federal Karyatama untuk mengkomersialkan produk, mendistribusikan produk di area-area kunci Indonesia, dan modernisasi mata rantai perseroan dengan teknologi serta digitalisasi.

Sementara ExxonMobil optimistis pangsa pasar bisnis pelumas di Indonesia terus meningkat. Vice President Public & Government Affairs ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto belum menghitung secara pasti pangsa pasar yang bisa dikuasai perusahaannya. Yang jelas, itu akan memperbesar ‘sayap bisnis’ perusahaan raksasa migas asal Amerika Serikat itu. “Akan meningkat secara signifikan karena Federal punya pangsa pasar yang besar,” kata Erwin.

Erwin juga mengungkapkan beberapa alasan membeli perusahaan tersebut. Pertama, pembelian itu akan melengkapi bisnis ExxonMobil di sektor pelumas. Selama ini, ExxonMobil hanya menggarap ceruk kendaraan roda empat melalui pelumas merek Mobil One. Sementara itu, Federal Oil memiliki pangsa pasar yang cukup kuat untuk sepeda motor.

Alasan kedua, saat ini adalah peluang yang cukup besar untuk bisnis pelumas. “Kami lihat pasar lubricant di Indonesia adalah salah satu yang berkembang sangat cepat di Asia Pasifik,” ujar dia. Dalam akuisisi senilai US$ 436 juta itu, ExxonMobil akan menguasai merek dagang pelumas Federal Oil dan pabrik pengolahan pelumas dengan kapasitas 700 ribu barel per tahun di Cilegon, Indonesia.

ExxonMobil berharap seluruh transaksi bisa selesai kuartal III tahun 2018 atau bisa lebih cepat. “Akuisisi ini, serta merek dagang pelumas premium mobil yang telah ada, akan membantu kami untuk terus berkembang dan memberi layanan terbaik kepada konsumen di Indonesia,” kata President ExxonMobil Fuels & Lubricants Company, Bryan Milton berdasarkan keterangan resminya.

Ekspansi bisnis ExxonMobil dengan mengakuisisi Federal Karyatama merupakan bagian dari strategi perluasan bisnis di Indonesia terutama di sektor hilir migas. Perusahaan asal Amerika Serikat itu menggelontorkan dana sekitar US$ 544 juta atau setara Rp7,59 triliun (Kurs US$1 = Rp13.965) pada 2018.

ExxonMobil melakukan ekspansi sektor hilir pada dua bidang yakni, pelumas, dan sewa storage BBM untuk industri dan komersial. Selain mengakuisisi Federal Karyatama, ExxonMobil juga menandatangani kontrak sewa fasilitas jasa storage dengan PT Kariangau Gapura Terminal Energi, anak usaha dari PT Indika Energy Tbk. Nilai kontrak antara ExxonMobil dengan emiten berkode INDY itu senilai US$108 juta atau Rp1,5 triliun dengan durasi 20 tahun dan opsi perpanjangan 10 tahun.

Dalam kontrak itu, Kariangau Gapura Terminal Energy bakal membangun, memiliki, dan mengoperasikan terminal storage untuk penyimpanan dan pengiriman BBM di Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur, secara eksklusif untuk ExxonMobil. Jumlah kapasitas storage BBM itu sebesar 100 juta liter.

Integrasi Hulu Hilir

Menanggapi langkah akuisisi itu, Kementerian Perindustrian mengharapkan masuknya Exxon Mobile ke bisnis pelumas dengan mengakuisisi PT Federal Karyatama dapat memperkuat industri pelumas nasional. Achmad Sigit Dwiwahjono, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin, mengatakan melalui akuisisi ini akan tercipta integrasi hulu dan hilir dalam industri pelumas.

“Ada integrasi hulu dan hilir dari produk pelumas dengan manajemen baru ini akan memberikan tambahan utilitas industri pelumas nasional yang saat ini hanya mencapai 42%,” ujarnya.

Berdasarkan catatan pemerintah, kapasitas industri pelumas nasional mencapai 2,04 juta kilo liter (kl) per tahun, tetapi produksi saat ini hanya 858.360 kl per tahun. “Dengan kemampuan ExxonMobil menyediakan base oil dan penguasaan pelumas federal oil ini juga diharapkan akan ada penambahan investasi baru di dalam negeri mengingat induk perusahaan federal oil yang baru ini mampu menembus pasar Asia Pasifik selain memiliki teknologi blending dan akses pasar yang kuat secara global,” papar Sigit.

Setelah proses akuisisi rampung, diharapkan juga terjadi penambahan tenaga kerja. Saat ini tenaga kerja yang diserap di industri pelumas 4.898 orang. “Harapan kami adalah utilisasi industri ini akan meningkat minimal ke angka 58% dan ekspor pelumas meningkat lebih dari US$70 juta. Kualitas produk yang baik juga akan mampu mensubtitusi pelumas impor pada pasar dalam negeri,” tambah Sigit.

Dia menyampaikan Kemenperin juga telah mendorong fasilitas berupa tax allowance maupun tax holiday dapat dimanfaatkan untuk memperkuat industri nasional. Langkah lain, saat ini sedang disusun standar nasional Indonesia (SNI) Wajib Pelumas untuk Pelumas Otomotif.

“Selain melindungi konsumen pelumas, SNI juga memberikan kepercayaan industri pelumas dalam negeri [menekan] maraknya pelumas di bawah standar di pasar dalam negeri,” tutur Sigit.

Paul Toar, Ketua Umum Perhimpunan Distributor, Importir dan Produsen Pelumas Indonesia (Perdippi), mengungkapkan dalam jangka pendek akuisisi ini tidak akan memberikan dampak pada industri pelumas di Indonesia. “Menurut saya dampak jangka pendek tidak terlalu terasa, tetapi untuk jangka panjang pasti memperkuat posisi ExxonMobil Indonesia,” ujarnya.(*)

Sumber: klik di sini

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 157 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

140 Daftar Judul Riset Pemasaran Produk Industri

Riset Pemasaran atau Marketing Research adalah salah satu kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi hasil penelitian . Riset Pemasaran dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.  Tujuan Riset Pemasaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara objektif kenyataan yang ada. Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). Riset pemasaran sebagai alat bantu Manager menghubungkan antara variabel pemasaran, konsumen, dan lingkungan. Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, wawancara, menyebar kuesioner, observasi, dan eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui wawanc

Data Perkembangan Jumlah UKM dan Sebaran Per Provinsi

Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dirilis pada pertengahan Juli 2018 menampilkan data komprehensif, serta tren pertumbuhan jumlah dan sebaran industri kecil (usaha kecil menengah dan mikro/UMKM) di Indonesia. Pembahasan dilakukan secara detail mulai dari   tren pertumbuhan   jumlah, porsi terhadap ekonomi, komparasi dengan kondisi di negara tetangga, serta tren produksi dan ekspor industri kecil di Indonesia. Data Komprehensif Perkembangan Industri Kecil & UsahaBesar 2016-2017 (Sebaran UKM Per Sektor & Per Daerah)   ini dimulai dengan paparan data makro ekonomi Indonesia, inflasi, dan nilai tukar rupiah (halaman 2 dan 3). Dilanjutkan dengan   outlook dan prospek bisnis   2018 mengacu pada target pertumbuhan ekonomi pemerintah di 2018 di halaman 4. Kontribusi UMKM terhadap industri nasional di Indonesia dikomparasi dengan kondisi di sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam, dan Bra

50% dari Pemimpin Pasar Consumer Goods Dipegang Merk Lokal

Merek lokal berhasil membangun kehadiran yang lebih kuat dalam persaingan industri barang konsumen (consumer goods), ketika  50% dari 10 merek pemimpin pasar  teratas berasal dari produsen lokal. Meski demikian, ke depan diperkirakan persaingan makin ketat sehingga pemimpin pasar harus lebih kreatif untuk memasarkannya agar tetap menempati peringkat sepuluh besar. Hal itu terungkap dalam hasil Survei Kantar tahun 2019. “ Hasil survei  mewakili 85% dari total rumah tangga kota-kota besar di Indonesia,” kata Marketing Director Kantar, Fanny Muharyati, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/6). Fanny menjelaskan  survei brand “footprint”  merupakan studi tahunan Kantar untuk  mengukur merek  apa saja yang paling sering dibeli konsumen, sehingga menjadi pemimpin pasar. “Studi ini meliputi jumlah pembelian (penetrasi pasar) dan berapa sering produk dibeli. Produk yang disurvei meliputi sektor fast ‘moving consumer goods’ seperti makanan, minuman, perawatan rumah, produk keseh